Erupsi Gunung Merapi Berpotensi Meluas, Ini Penjelasan Petugas
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan potensi bahaya erupsi tidak hanya di arah tenggara saja melainkan juga ke arah barat daya.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan keberadaan dua kubah lava aktif berpotensi membuat erupsi semakin meluas di Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan potensi bahaya erupsi tidak hanya di arah tenggara saja melainkan juga ke arah barat daya.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Dimana Gunung Merapi terletak? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang dikeluarkan Gunung Merapi pada Rabu dini hari? Gunung Merapi bergejolak lagi. Pada Rabu (2/8) dini hari pukul 00.00 hingga pagi pukul 06.00, gunung api paling aktif di tanah Jawa ini mengeluarkan 8 kali guguran lava.
-
Apa yang terjadi pada bentuk kubah lava Gunung Merapi? Perubahan bentuk kubah lava itu teramati berdasarkan analisis morfologi pada periode 30 Juni-6 Juli 2023 BPPTKG menyebut morfologi kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan.
"Kalau di arah tenggara itu ada Kali Gendol. Sedangkan, arah barat daya ada banyak kali mulai dari ada Kali Krasak, Kali Boyong, dan Kali Kuning," kata Agus saat dihubungi melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat (24/3).
Gunung Merapi kini memiliki dua kubah lava aktif dalam satu periode erupsi yang menjadi fenomena pertama kali dalam sejarah.
Kubah lava itu adalah kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Pasca kemunculan pada Januari 2021, kedua kubah lava tersebut saat ini masih terus tumbuh.
Berdasarkan pemantauan visual dan termal pada 18 Maret 2023, kubah lava barat daya masih terlihat aktif yang ditunjukkan oleh suhu tinggi mencapai 230 derajat Celcius.
Bagian selatan kubah arah Kali Boyong juga tampak masih aktif.
Suhu kubah lava tengah kawah tidak jauh berbeda dengan bebatuan sekitarnya, namun ada titik panas di tepi timur kubah dengan suhu mencapai 114 derajat Celcius.
"Dengan adanya kubah lava yang di barat daya, maka daerah yang berpotensi terdampak erupsi ini jadi ke barat daya juga," ujar Agus.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa keberadaan dua kubah lava itu belum bisa dipastikan apakah meningkat intensitas erupsi atau tidak karena sesuai karakter dari Gunung Merapi.
Apabila gunung api itu sudah mengeluarkan erupsi yang bersifat efusif, maka aktivitas vulkaniknya terhitung sering dengan periode empat tahunan.
Kondisi itu lebih dikontrol dari keberadaan sistem vulkanik yang ada di dalam Gunung Merapi tersebut.
"Jadi dari sananya memang Gunung Merapi kalau erupsi yang semacam ini dia termasuk lebih sering daripada yang erupsi besar efusif. Erupsi pada tahun 2010 perulangannya 100 tahunan. Kalau efusif seperti ini empat tahunan, rata-rata bisa plus minus," jelas Agus.
BPPTKG terus meningkatkan pemantauan kubah lava, pemantauan pergerakan dari tubuh gunung, maupun pemantauan morfologi puncak dan kubah.
Langkah itu dilakukan untuk meminimalkan dampak erupsi bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Merapi, terkhusus penduduk yang berada di sektor tenggara maupun barat daya dari Gunung api tersebut.
Adapun dari sisi peralatan pemantauan saat ini sudah cukup memadai berupa peralatan seismik dan peralatan yang sifatnya real-time untuk memantau kondisi Gunung Merapi.
Agus mengimbau masyarakat untuk selalu sigap bila suatu waktu kubah kawah itu runtuh.
Sepanjang 2021 sampai 2023, karakteristik erupsi Gunung Merapi, di antaranya adalah tipe erupsi bersifat efusif yang didahului oleh erupsi-erupsi freatik, durasi erupsi yang panjang, adanya dua kubah lava, dan deformasi yang cukup besar.
Kejadian awan panas guguran saat ini masih sulit untuk diprediksi waktu kejadiannya namun dapat diperkirakan potensi bahayanya.
Langkah untuk mengurangi kerugian dan menghindari korban akibat erupsi adalah dengan cara meningkatkan keakuratan dan kecepatan asesmen bahaya serta memastikan masyarakat dapat merespon peringatan dini dengan cepat dan tepat.
"Masyarakat di daerah bahaya, yaitu tenggara dan barat daya untuk meningkatkan kesiapsiagaan karena karakter dari kejadian awan panas guguran sulit untuk diprediksi waktu kejadiannya," pungkas Agus.
(mdk/ded)