Fadli Zon Ditunjuk Jadi Menteri Kebudayaan, Orang Dekat Prabowo yang Ikut Mendirikan Partai Gerindra
Fadli juga dikenal sebagai penulis dan editor yang aktif menerbitkan karya-karya di bidang politik dan sosial kebudayaan.
Fadli Zon merupakan salah satu politisi terkemuka di Indonesia, yang dikenal karena kiprahnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta posisinya dalam Partai Gerindra. Kini dia mendapatkan amanat menjadi Menteri Kebudayaan.
Lahir di Jakarta pada 1 Juni 1971, Fadli Zon telah menjalani berbagai peran penting dalam dunia politik dan akademik, serta menjadi salah satu orang kepercayaan Prabowo Subianto sejak lama.
- Pramono Anung Ingin Pilkada Jakarta Berlangsung Adil: Kita Tidak Bawa Politik Agama
- Gerindra: Prabowo Tak Ambil Pusing Soal Akun Fufufafa
- Prabowo Soal Pihak Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu, Pengamat: Itu Pesan Politik ke PDIP
- Didukung Koalisi Besar, Gerindra Optimistis Suara Prabowo di Sumsel Lampaui 68 Persen
Karier politik Fadli Zon dimulai dengan peran aktifnya di berbagai organisasi pemuda. Fadli juga dikenal sebagai penulis dan editor yang aktif menerbitkan karya-karya di bidang politik dan sosial kebudayaan.
Lantas, bagaimana latar belakang Fadli Zon yang saat ini ditunjuk jadi Menteri Kebudayaan?
Latar Belakang dan Pendidikan
Fadli Zon menghabiskan masa kecilnya di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Dia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Kedua orang tuanya, Zon Harjo dan Ellyda Yatim, berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat.
Ayahnya meninggal dalam kecelakaan saat Fadli masih remaja. Hal ini membuat ibunya harus bekerja keras menyekolahkan ketiga anaknya. Akhirnya, mau tidak mau Fadli menjadi pemburu beasiswa sebab sadar hanya dengan cara itu dia bisa sekolah setinggi-tingginya.
Fadli belajar selama dua tahun di SMA Negeri 31, Jakarta Timur, sebelum mendapat beasiswa dari AFS (American Field Service) ke San Antonio, Texas, Amerika Serikat. Fadli kemudian melanjutkan studinya di program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI).
Semasa kuliah, Fadli aktif di berbagai organisasi, baik intra maupun ekstra kampus. Dia juga sering mendapat berbagai penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi. Dia juga mendapat kesempatan untuk mengikuti beberapa seminar dan konferensi di luar negeri.
Tahun 2002, dia mendapat kesempatan belajar di London School of Economics and Political Science (LSE). Banyak pengalaman berharga yang didapatnya terutama mendapat kuliah dari intelektual-intelektual ternama.
Saat itu, Fadli langsung berada di bawah pembimbing Prof. John Harriss, PhD (Director of Development Studies Institute, LSE) dan Prof. Robert Wade, PhD. Dia turut bergabung di beberapa organisasi dan menjadi aktivis di LSE Stop the War Coalition (2002-2003) yang menentang invasi AS ke Irak.
Karier Politik hingga Keterlibatan di Gerindra dan DPR
Fadli Zon mulai menonjol di kancah politik nasional setelah ikut serta mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) bersama Prabowo Subianto pada tahun 2008. Dalam partai tersebut, Fadli Zon menjabat sebagai Wakil Ketua Umum, posisi yang memungkinkannya untuk berperan strategis dalam berbagai keputusan politik.
Sebelum menjadi ujung tombak partai berlambang kepala Burung Garuda, dia ikut mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB) dan menjadi salah satu Ketua hingga mundur tahun 2001.
Fadli pernah menjadi Direktur Eksekutif Center for Policy and Development Studies (CPDS) pada 1995-1997, sebuah lembaga think tank dan penelitian. Tahun 1997-1999, dirinya sempat menjadi anggota MPR RI dan mendirikan lembaga kajian publik dengan nama Institute for Policy Studies (IPS) pada masa jabatannya.
Dia maju dalam Pemilu 2009 di daerah pemilihan Sumatera Barat II. Namun, saat itu Fadli hanya mendapat 11.077 suara dan gagal melenggang ke Senayan.
Tahun 2014, Fadli Zon kembali maju lewat Partai Gerindra di daerah pemilihan Jabar V. Kali ini dia mendapat 79.074 suara dan berhasil menjadi anggota DPR. Saat pemilihan Fadli terpilih menjadi Wakil Ketua DPR RI.
Fadli duduk di Komisi II yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria.
Sebagai oposisi dia aktif mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai tidak sesuai. Fadli dikenal karena komentarnya yang kritis di media massa. Meski begitu, dalam berbagai kesempatan, Fadli menegaskan bahwa dia memanfaatkan posisinya untuk menolak kebijakan yang menurutnya merugikan rakyat dan demokrasi.
Pada Pemilu 2019, Fadli kembali terpilih sebagai anggota DPR RI dan melanjutkan kiprahnya di legislatif. Dia terus aktif dalam partai Gerindra, yang saat itu mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Meski Gerindra tidak memenangkan kursi kepresidenan, partai tersebut tetap menjadi kekuatan besar di parlemen. Di samping itu, Fadli berperan sebagai salah satu tokoh sentralnya.
Aktif di Bidang Budaya dan Bisnis
Di samping aktivitas politiknya, Fadli juga tetap aktif dalam dunia sastra dan kebudayaan. Dia kerap menulis artikel maupun buku yang berkaitan dengan politik, sosial, dan budaya.
Dikenal sebagai penggiat kebudayaan sejak masih remaja, dia mendirikan Fadli Zon Library di Jakarta Pusat. Perpustakaan Fadli Zon itu memiliki koleksi ribuan buku lawas dan langka.
Fadli juga mendirikan Rumah Budaya di Aie Angek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Selanjutnya, dia menjadi Ketua Lingkaran Keris Indonesia (Indonesia Keris Circle) yang bertujuan memajukan keris nusantara serta pernah berkarier sebagai Redaktur dan Dewan Redaksi majalah sastra Horison sejak 1993.
Fadli Zon juga aktif dalam dunia bisnis. Kini dirinya menjadi Komisaris PT Tidar Kerinci Agung sejak 2009. Terakhir, dia pernah mengemban jabatan di beberapa perusahaan seperti Golden Spike Energy Indonesia dan Nusantara.
Reporter Magang: Thalita Dewanty