Fakta-fakta Dokter Rica gabung Gafatar
Dokter Rica ditemukan di Kalimantan Barat. Kondisinya kini masih labil.
Setelah dikabarkan hilang sejak 30 Desember 2015, akhirnya Dokter Rica Tri Handayani ditemukan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin (11/1). Dokter yang hilang bersama anaknya ini diketahui sudah lama bergabung dengan organisasi terlarang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Tugas polisi masih berat. Hingga kini masih ada tiga orang hilang yang dilaporkan ke Polda DIY yakni Diah Ayu Yulianingsih (28) warga perumahan Candi Gebang Permai, Wedomartani, Sleman yang hilang bersama anaknya Raina Ayranica Calya Putri.
Diah hilang setelah didatangi orang tak dikenal di rumahnya. Selain itu ada satu keluarga ES, Pegawai Negeri di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta. ES secara tiba-tiba menghilang bersama suami dan anak-anaknya sejak Oktober 2015.
Setelah ES ada Ahmad Kevin Aprilio bocah 16 tahun yang pergi dengan ayahnya Sanggar Yamin. Sebelum pergi Kevin meninggalkan surat yang ditujukan kepada pengurus Gafatar Yogyakarta. Setelah itu ada juga Kukuh Pambudi yang menghilang bersama satu keluarganya. Kukuh yang tercatat sebagai anggota Gafatar dilaporkan hilang pada awal Desember silam.
berikut fakta-fakta Dokter Rica gabung Gafatar:
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Kenapa dr. Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Apa yang ditemukan Dr. Federica Gigante? “Ketika saya mengunjungi museum dan mempelajari astrolab dari dekat, saya melihat bahwa tidak hanya terdapat inskripsi berbahasa Arab yang diukir dengan indah, tetapi saya juga dapat melihat inskripsi samar-samar dalam bahasa Ibrani. Instrumen ini sekarang menjadi objek paling penting dalam koleksi mereka,” kata Gigante dalam sebuah pernyataan di laman Universitas Cambridge.
-
Apa profesi Putra Dokter Boyke, Dhitya Dian Nugraha? Mengikuti jejak sang ayah, Dhitya merupakan alumnus Universitas Indonesia. Namun, perjalanan akademisnya tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan pendidikannya di luar negeri, tepatnya di Universiteit Leiden, Belanda, dari tahun 2017 hingga 2020 dengan mengambil jurusan psikologi.
-
Apa profesi Rizky Irmansyah? Rizky Irmansyah dikenal sebagai seseorang yang tidak memiliki latar belakang militer. Ia adalah seorang warga sipil yang menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta di Jakarta, serta aktif berpartisipasi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dikenal sebagai Resimen Mahasiswa (Menwa).
Dr Rica bergabung Gafatar sejak kuliah
Dr Rica diketahui sudah sejak kuliah aktif di Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Yogyakarta.
"Benar, dr Rica dulu sempat aktif sebagai anggota Gafatar saat masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di sini," kata Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Hudit Wahyudi.
Hudit melanjutkan, rekan Rica di Jawa Tengah, yaitu dr. Diah Ayu, juga menghilang. Keduanya dulu kuliah satu kampus dan sama-sama aktif di Gafatar.
"dr. Diah Ayu itu temannya Rica. Bukan Diah Ayu yang di Sleman, kebetulan namanya sama. Keduanya aktif Gafatar saat kuliah. Kemudian setelah menjadi dokter, keduanya diam-diam ikut Gafatar di wilayah masing-masing," ujar Hudit.
Secara keseluruhan, keempat warga Yogya hilang memang berkaitan dengan Gafatar. Polisi memperkirakan penjemput Diah Ayu Yulianingsih adalah orang sama dengan yang menjemput dr. Rica.
"Yang berisial ES itu orang yang menjemput Diah Ayu dan juga Rica," ucap Hudit.
Saat dijemput, Rica bersama seorang pria dua 2 wanita bercadar
Menurut sumber merdeka.com di Bandara Ahmad Yani Semarang, kedatangan dr Rica beserta anak balitanya tidak hanya sendiri. Melainkan dengan tiga orang lainnya yang juga diduga sebagai pengikut aliran sesat Gafatar.
"Setelah mendarat ada sebanyak lima orang yang dibawa oleh petugas kepolisian. Yaitu dr Rica bersama anak balitanya yang digendong, satu orang laki-laki dan dua orang lain wanita memakai cadar beserta anaknya umur 5 sampai 7 tahunan," ungkap sumber tersebut, Senin (11/1).
Sumber tersebut menyatakan kelimanya saat turun dari pesawat kepalanya ditutupi dengan handuk. "Mereka ditutupi handuk semua kepalanya. Dikawal ketat oleh empat orang anggota polisi berpakaian preman semua," ungkapnya.
Begitu turun dari pesawat, dr Rica bersama anaknya kemudian dinaikan ke mobil 'Follow Me' dari Apron Master Control (AMC) Bandara Ahmad Yani Semarang melalui pintu keluar penumpang VIP yang ada di sebelah barat Bandara Ahmad Yani Semarang.
"Sementara tiga orang lainya satu laki-laki, perempuan bercadar dan satu anak-anak yang diduga anak perempuan bercadar itu berjalan kaki dengan pengawalan tiga anggota polisi lainya melewati pintu VIP Bandara," ungkapnya.
Usai melewati pintu VIP Bandara Ahmad Yani, kelima orang itu kemudian dimasukan ke bus warna hitam bertuliskan 'Brimob'. Dengan iring-iringan, mobil Patwal, mobil Avanza warna hitam berplat AB, bus Brimob dan di belakangnya dikawal mobil Gegana rombongan sekitar 13.15 WIB meninggalkan Bandara Ahmad Yani Semarang menuju ke Polda DIY.
Saat ini kejiwaan Dokter Rica labil
Polda DIY berencana mendatangkan psikolog dari Mabes Polri buat mendampingi dr. Rica dan tiga korban hilang lainnya terkait organisasi Gafatar, yang kini sudah ditemukan. Sebab dari pengamatan mereka, kejiwaan para korban saat ini nampak labil.
Kapolda DIY, Brigjen Pol Erwin Triwanto mengatakan, Rica masih trauma dan labil. Dia bahkan tidak mau melepaskan anaknya dari pelukannya sejak ditemukan polisi.
"Kondisinya masih labil, dia memeluk anaknya terus, tidak mau dipisah," kata Erwin kepada wartawan di Polda DIY, Senin (11/1).
Menurut Erwin, peran psikolog penting supaya para korban mau buka mulut, terkait dengan sepak terjang organisasi Gerakan Fajar Nusantara yang mereka ikuti. Hal itu juga supaya memudahkan polisi bisa segera mendapatkan keterangan dari para korban.
"Sampai sekarang belum bicara, karena itu kami meminta bantuan Mabes untuk psikolog mendampingi," ujar Erwin.
2 Anggota Gafatar perekrut dr Rica ditahan
Polda DIY menahan dua orang anggota ormas Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yakni Eko dan Veni, sebagai perekrut dr Rica. Mereka tidak diperbolehkan pulang dan akan menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda DIY.
"Kalau perekrut akan kami tahan, tidak kami izinkan pulang," tegas Kapolda DIY, Brigjen Pol Erwin Triwanto ketika menggelar konferensi pers di Polda DIY, Senin (11/1).
Sampai saat ini pihak kepolisian masih kesulitan meminta keterangan dari korban mau pun perekrut. Mereka sama-sama tutup mulut dan enggan menceritakan tentang organisasi Gafatar.
"Kita belum bisa mengenakan pasal apa karena belum tahu sebenarnya Gafatar itu doktrinnya seperti apa. Semuanya masih bungkam," ungkapnya.
Polisi memperbolehkan dr Rica dan korban lainnya yakni E, M, dan N (warga Boyolali) pulang ke keluarganya asalkan kondisi psikologis sudah stabil.
"Korban boleh pulang kalau sudah stabil. Tapi kalau belum akan di Polda dulu," katanya.