FOTO: Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Doa dan Air Mata Mengalir untuk Para Korban di Kuburan Massal
Di bawah naungan pepohonan di kuburan massal Siron, Banda Aceh, sejumlah peziarah dan penyintas memanjatkan doa untuk mengenang para korban tsunami Aceh.
Di bawah naungan pepohonan di kuburan massal Siron, Banda Aceh, sejumlah peziarah dan penyintas memanjatkan doa untuk mengenang para korban tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004, atau tepat 20 tahun lalu.
Salah satu peziarah yang turut mengenang peristiwa paling kelam di Indonesia itu adalah Nasyahira Farizka. Perempuan berusia 19 tahun itu tampak duduk melingkar bersama keluarganya sembari membaca doa dan ayat-ayat suci Alquran.
- FOTO: Dahsyatnya Tsunami Aceh, Kubah Masjid Seberat 80 Ton Ini Terseret 2,5 Km Sampai Pindah Desa
- FOTO: Mengenang Potret Pilu Kehancuran Akibat Tsunami Aceh 20 Tahun Lalu, Ratusan Ribu Jiwa Melayang
- FOTO: Tangis Keluarga Mengenang 19 Tahun Bencana Gempa dan Tsunami Aceh yang Mengguncang Dunia
- Peringatan 19 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, Ribuan Warga Larut dalam Doa dan Zikir
Nasyahira memang tak ikut mengalami langsung dahsyatnya hantaman tsunami Aceh saat itu. Dia terlahir sekitar 7 bulan setelah peristiwa itu. Namun, bencana tersebut telah membuatnya kehilangan ayah dan kakak perempuan.
Dalam momen tersebut, Nasyahira turut ditemani sang ibu, Maisarah (48). Maisarah sedang mengandung Nasyahira ketika bencana terjadi. Kala itu, dia bukan hanya kehilangan suami dan anak pertamanya, tetapi juga orang tua dan lima saudara kandung.
“Saat saya menerima kenyataan itu, seluruh tubuh saya terasa sakit dan saya menangis tersedu-sedu,” kata Maisarah kepada AFP.
"Saya tidak percaya seluruh keluarga saya telah tiada."
Namun meski terseret derasnya gelombang, Maisarah tidak kehilangan bayi dalam kandungannya itu.
"Saat bidan mengatakan saya masih hamil, saya berjanji kepada diri sendiri bahwa saya harus kuat. Saya harus melakukan apa pun untuk anak saya," katanya.
Selain Nasyahira dan Maisarah, ribuan peziarah dan penyintas lainnya juga mendatangi kuburan-kuburan massal. Bahkan meski sudah 20 tahun berlalu, doa dan air mata tak pernah berhenti mengalir untuk para korban tsunami Aceh.