Ganjar minta pengelolaan permukiman dekat sungai tiru Kali Code
"Karena kalau membelakangi sungai, perilaku kita akan membikin sungai menjadi sampah."
Gubernur Ganjar Pranowo bersama Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani membuka kongres sungai yang akan berlangsung dari tanggal 23 Agustus sampai 30 Agustus 2015 di Purbalingga, Jawa Tengah.
Ganjar meminta para peserta untuk belajar dari kondisi Kali Code di Yogyakarta yang lebih kompleks. Sebab setelah dianalisa bertahun-tahun, persoalan Kali Code tidak hanya problem fisik saja tetapi juga problem kebudayaan.
Bagaimana wilayah pinggiran sungai itu menjadi hunian oleh warga yang tidak mampu. Bahkan karena ketidakmampuan itu, akhirnya mereka sudah lupa dengan kata-kata pulang.
Pengalaman Kali Code itu menurut Ganjar menarik karena setelah melakukan berbagai penelitian puluhan tahun, pengalaman itu ternyata hanya menemukan 3 M.
M yang pertama yaitu Mundur, yang berarti mundur dari garis bantaran sungai, Munggah yang tidak boleh lagi membangun bangunan secara horizontal, tetapi harus vertikal dan Madep yaitu harus menghadap sungai.
"Karena kalau membelakangi sungai, perilaku kita akan membikin sungai menjadi sampah. Sehingga kenapa sekarang, persoalan sungai tidak hanya persoalan kerusakan saja. Karena sungai tiba-tiba ada kursi, kasur juga di situ, bahkan anjing mati pun dilempar di situ," kata Ganjar, Rabu (26/8).
Maka, kata dia, dengan berbagai pertimbangan itu, upaya penyelamatan sungai perlu pendekatan budaya. Hal itu dengan mengubah perilaku masyarakat.
"Sehingga kalau rumah kita menghadap sungai ya kita tak perlu mengencingi (kencing di depan rumah). Kalau buang air ya di jamban," terangnya.
Sementara, Puan Maharani dalam sambutannya juga mengatakan ketika bicara soal sungai, yang harus dipikirkan pertama kali adalah jangan sampai melupakan kebudayaan sekitarnya, karena di tempat itu budaya dan masyarakat sudah melekat.
"Yang diperlukan dalam mengelola sungai adalah perbaikan masyarakat tentang cara berpikir dan berbuat. Apa yang kita lakukan hari ini bukan berakhir hari ini pula, kita harus menemukan kembali akar kehidupan dari sungai," jelasnya.
Puan menambahkan, dari wilayah sekitar sungai-sungai ini urat nadi kebudayaan masyarakat sekitar sungai justru harus bisa muncul program dan inisiatif pembangunan desa di sekitar sungai.
"Di tempat inilah kita dapat membangun masyarakat terutama yang ada di wilayah dengan program-program yang dimulai dari desa. Untuk kehidupan yang lebih baik,” pungkasnya.