Ganjar Ungkap Faktor yang Buat Indonesia Bisa Hadapi Ancaman Krisis Global
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo optimistis Indonesia bisa menghadapi ancaman krisis global.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo optimistis Indonesia bisa menghadapi ancaman krisis global. Bahkan dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia diyakini bisa melakukan lompatan dan mengambil momentum menjadi penguasa pasar.
Hal itu disampaikan Ganjar saat memberikan orasi ilmiah Dies Natalis di hadapan 1.204 wisudawan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Gedung Jakarta Convention Center (JCC) dilansir Antara, Kamis (19/1).
-
Kenapa Ganjar Pranowo merasa rakyat sering sakit hati? Maka insyaallah Ganjar-Mahfud akan membawa amanah ini, agar kita lagi-lagi saya ceritakan sering kali rakyat sakit hati karena kepercayaan yang diberikan tidak amanah, ketika berbicara seringkali bohong, betul. Ketika dikasih kepercayaan sering kali berkhianat,
-
Kapan Ganjar Pranowo mulai beruban? Ganjar sendiri mengaku mulai tumbuh uban ketika masih duduk di bangku SMA, pada usia yang belum mencapai 20 tahun.
-
Di mana Ganjar Pranowo mengisi kuliah kebangsaan? Calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo mengisi kuliah kebangsaan di FISIP UI, Senin (18/9)
-
Apa alasan Ganjar Pranowo pamit kepada warga? “Bapak ibu nuwun sewu nggih, kulo niku ajeng pamitan, soal e tanggal 5 September kulo pensiun, (bapak ibu permisi ya, saya mau pamitan. Soalnya tanggal 5 September sudah pensiun,” ucap Ganjar, seperti dikutip dari kanal YouTube pribadinya pada Selasa (8/8).
-
Apa yang dikhawatirkan Ganjar Pranowo tentang korupsi? Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo khawatir jika praktik korupsi menjadi budaya di pemerintahan yang dianggap sebuah kewajaran.
-
Kenapa Ganjar Pranowo merasa khawatir tentang korupsi? Dia takut, wajar biasa, menjadi biasa, kemudian distempeli budaya. Loh kan bahaya ini. Bahaya ini. Budayawan protes, kita juga protes," kata Ganjar.
"Krisis global yang terjadi saat ini membuat sepertiga negara di dunia atau sekitar 70 negara di dunia terancam resesi. 47 di antaranya sudah menjadi pasien IMF. Artinya, seluruh negara itu bakal mengalami kondisi sebagaimana yang pernah kita hadapi pada tahun 98," kata Ganjar.
Menurutnya, saat ini ada 10 negara dengan tingkat inflasi yang gila-gilaan, 5 di antaranya lebih dari 100 persen. Bahkan Eropa, yang selama ini dianggap sebagai kiblatnya kemajuan dan pengetahuan, tidak mampu menghindar dari ancaman resesi.
"Terlebih dengan laju inflasi yang mencapai 9,2 persen. Dan itu merupakan angka yang sangat tinggi sekali dibanding negara kita yang inflasinya cuma 5,51 persen. Bahkan angka itu juga lebih rendah dibanding inflasi yang dialami Amerika sebesar 6,5 persen," jelasnya.
Artinya, lanjut Ganjar, kondisi Indonesia bisa lebih baik dibanding negara lain. Bila dilakukan lompatan lebih tinggi, optimalisasi sumber daya alam, maka Indonesia akan menjadi negara kuat.
"Langkah awal yang mesti kita lakukan adalah menghitung ulang seberapa sih kekayaan dan kekuatan negara kita. Kalau bicara soal energi, misalnya. Berapa sih potensi yang negara kita miliki, berapa sih produksinya, berapa sih yang kita manfaatkan? Mulai dari energi fosil sampai energi yang terbarukan," tegasnya.
Ganjar merinci, potensi energi baru terbarukan yang dimiliki Indonesia saat ini sebesar 3.600 Gigawatt. Sementara pemanfaatannya masih 11,15 GW. Belum lagi potensi Nikel yang berlimpah, yang sudah ditetapkan tidak boleh lagi dijual mentah. Ada juga Bauksit dan Tembaga dan lainnya.
"Selain itu potensi pangan. Kita punya potensi sangat besar untuk mengembangkan sektor ini. Dengan luasan wilayah tanam, disokong dengan kesuburan lahan serta terjaminnya kebutuhan air membuat kesempatan kita sebagai salah satu lumbung pangan dunia sangat terbuka lebar," tegasnya.
Belum lagi potensi kelautan, perkebunan, peternakan, industri, pengembangan teknologi sampai kebudayaan. Namun, persoalannya sekarang adalah seberapa kuat mentalitas bangsa Indonesia untuk menuju ke sana.
"Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Aceh, Minang, dan lain sebagainya merupakan kekayaan tak ternilai yang tak akan pernah habis untuk kita kelola. Itulah ruang-ruang yang bisa kita jadikan stimulan untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia," ucapnya.
Menurut dia, semua itu bisa terlaksana jika bangsa Indonesia khususnya kaum intelektual mau menjadi motor penggeraknya. Maka, perguruan tinggi harus turun gunung menggerakkan seluruh kapasitas intelektualnya. Penelitian pada setiap sektor-sektor prioritas harus ditingkatkan. Kolaborasi dengan perusahaan menjadi keniscayaan dan para sarjana mesti terjun ke bidang sesuai keahliannya agar mampu melahirkan inovasi-inovasi lanjutan.
"Tahun 2023 ini merupakan tahun transisi. Maju atau tidaknya negara kita di masa mendatang, bergantung pada apa yang kita lakukan di tahun ini. Untuk menghadapi masa transisi ini, yang mesti kita ingat dan pegang kuat-kuat adalah spirit gotong royong," ucapnya.
Ganjar menambahkan, Pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Begitu juga universitas, perusahaan atau kaum industri juga tidak bisa berjalan sendiri. Semua harus saling bergandeng tangan, harus saling mengingatkan.
"Kalau kita berhasil melewati tahun ini dengan gemilang, maka prediksi pada tahun 2045 Indonesia menjadi negara adidaya, negara dengan perekonomian terkuat ke empat di dunia bakal jadi kenyataan. Bismillah," pungkasnya.
(mdk/ray)