Gara-Gara Baliho, Keluarga Keraton Surakarta Kembali Berkonflik
Gusti Moeng mengaku kecewa dengan sikap orang-orang disekitar kakaknya tersebut, termasuk istri dan pengacaranya. Iya menuding orang orang disekitar Sinuhun telah berbuat salah dan menjerumuskan Raja.
Konflik di kalangan keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali terjadi. Belum lama ini beredar video yang berisi pertengkaran antara raja Surakarta Paku Buwono XIII, Hangabehi dan istrinya, dengan Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton GKR Wandansari alias Gusti Moeng.
Dalam video berdurasi 2 menit 48 detik tersebut, Gusti Moeng nampak melayangkan protes keras terhadap Hangabehi yang berada di dalam mobil. Sementara Hangabehi yang pernah dinyatakan sakit permanen hanya sesekali menjawab. Tak lama kemudian, raja menutup kaca mobil.
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
-
Siapa artis yang memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta? Maia Estianty, seorang musisi ternama dan pengusaha sukses, mewarisi kekayaan sejarah keluarganya. Ia adalah cucu dari salah satu tokoh sejarah Indonesia yang terkemuka, HOS Cokroaminoto, dan memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta.
-
Kapan Keraton Surosowan dibangun? Keraton ini pertama kali dibangun sekitar tahun 1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, pendiri dari Kesultanan Banten.
-
Kenapa Segarayasa di Keraton Kerta dibangun? Mengutip Facebook Sejarah Jogyakarta, Babad Momana mencatat bahwa pada tahun 1637 Sultan Agung telah memberi perintah untuk membangun bendungan di Kali Opak. Sementara dalam Babad Sangkala dicatat bahwa pada tahun 1643 pembangunan danau tersebut tidak hanya menggunakan tenaga masyarakat keraton, namun juga menggunakan unsur tenaga prajurit.
-
Kapan Gamelan Kodok Ngorek dibunyikan? Biasanya, Sunan Kalijaga membunyikan ini saat masuk musim kemarau yang berkepanjangan.
-
Apa fungsi lorong supit urang di Keraton Surakarta? Sebelum masuk ke ruas jalan tersebut, terdapat gerbang dengan bagian atas berupa plengkung besi. Di gerbang tersebut tertulis "Kori Patjikerran" yang lengkap dengan tulisan aksara Jawa di atasnya. Kini lorong supit urang menjadi rute favorit wisatawan yang akan berkunjung ke Keraton Surakarta. Tak jarang mereka menyusuri lorong tersebut dengan berjalan kaki.
Dalam video lainnya, Gusti Moeng juga terlibat percecokan dengan seorang wanita yang duduk di kursi depan mobil yang ditumpangi Hangabehi. Wanita tersebut diduga merupakan istri Hangabehi. Gusti Moeng menuduh wanita tersebut selama ini telah menyetir Sinuhun dan mengadudomba dengan dirinya.
Direktur Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Kasunanan Surakarta (LHKS), yang juga suami Gusti Moeng, KPH Eddy Wirabhumi, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Menurutnya, terjadinya perseteruan itu berawal dari akan dipasangnya tiang baliho besar. Selain melanggar estetika ia menilai bangunan atau baliho tersebut juga melanggar UU 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
"Jadi perlu kami jelaskan, memang beberapa hari yang lalu itu ada sebuah rencana pendirian baliho di depan Sitihinggil Kidul, jadi di kawasan Alun-alun Selatan. Kalau itu jadi sebagian Sitihinggil Itu akan tertutup oleh baliho. Kami sudah mencoba melakukan berbagai macam komunikasi untuk menanyakan aturan hukumnya," katanya, Senin (14/9).
Eddy mengaku telah mendapatkan penjelasan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya(BPCB), yakni jika harus dipasang, baliho tersebut harus bersifat semi permanen, sehingga bisa dibongkar sewaktu waktu dan tidak boleh menutupi wajah.
Namun sejumlah orang terap memaksakan pemasangan baliho tersebut, atas perintah Raja Surakarta Paku Buwono XIII, Hangabehi. Sehingga saat raja bertemu dengan Gusti Moeng di alun-alun selatan, muncullah protes keras itu.
Gusti Moeng menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi pada Jumat (11/9) pagi. Apa yang dilakukannya tersebut, hanyalah untuk melindungi Sinuhun dari jerat atau pelanggaran hukum yang dilakukan. Yakni terkait perusakan terhadap bangunan atau benda cagar budaya (Sitihinggil).
Dirinya sebenarnya ingin bertemu Sinuhun di kediaman Sasana Putra untuk menjelaskan permasalahan tersebut. Namun niat tersebut ia urungkan dan langsung menuju Alun-alun Selatan, Untuk menemui orang orang yang akan memasang baliho.
"Saya sudah minta untuk ditemukan dengan Sinuhun saat itu juga, tapi mereka tidak mau ya sudah saya kembali ke kantor. Ternyata setelah Jumatan ada yang bilang Sinuhun datang ke Alun-alun Selatan. Orang orang ini kan sudah tidak menghormati Sinuhun, karena Sinuhun sudah di paksa untuk keluar ke Alun-alun Selatan," ungkapnya.
Gusti Moeng mengaku kecewa dengan sikap orang-orang disekitar kakaknya tersebut, termasuk istri dan pengacaranya. Iya menuding orang orang disekitar Sinuhun telah berbuat salah dan menjerumuskan Raja.
"Ini kan Sinuhun diperintah seperti kacungnya, diperintah ke sana menghadapi Situasi di sana dan dipaksa melakukan pelanggaran hukum. Saya terus ke sana (alun-alun Selatan), terus ya sudah seperti dialog saya yang ada di video itu," jelasnya.
Dia menerangkan, karena Kondisi kesehatannya, Sinuhun selama ini tidak pernah mengetahui permasalahan yang terjadi di Keraton Surakarta hingga ke Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung.
Gusti Moeng berdalih apa yang dilakukannya tersebut hanya untuk melindungi raja dari orang orang yang tidak bertanggung jawab di sekitarnya. Apalagi yang dilakukan raja tersebut masuk dalam kategori pelanggaran hukum. Sementara Sinuhun sendiri selama ini dianggap tidak cakap hukum.
"Lah kalau terus terusan begini kan Sinuhun sing ciloko (yang celaka). Saya sangat menyayangkan, tapi sudah terlanjur viral di kalangan tertentu," ujarnya.
Gusti Moeng menambahkan, apa yang terjadi antara dirinya dengan Sinuhun tersebut tidak pernah direncanakan. Ia justru bersyukur bisa bertemu langsung dengan Sinuhun dan bisa menyampaikan kesalahan yang telah dilakukan oleh raja Surakarta tersebut.
"Alhamdulillah ketemu Sinuhun, bisa menyampaikan. Sebetulnya Sinuhun itu salah, dalam arti kebijakannya itu salah. Sinuhun itu jangan sampai melanggar hukum, karena apapun beliau itu kakak saya. Sing ndadekke ratu (menjadikan raja) ya saya. Saya juga harus melindungi secara hukum," ucapnya.
Gusti Moeng meminta kepada sejumlah pihak agar tidak memanfaatkan Sinuhun sebagai tameng atau alat untuk menghancurkan keraton warisan Dinasti Mataram itu. Selanjutnya,
ia akan berkomunikasi dengan pemerintah terkait hal tersebut, untuk bersama sama mengembalikan marwah keraton.
"Saya itu di keraton nyambut gawe (bekerja), lha kok kondisi keraton malah seperti ini. Ya saya nggak rela tho mas. Sakit saya itu, piye kok keraton dijadikan seperti ini. Siapa yang tanggung jawab kerusakan ini nanti," tutupnya.