Mengenal Supit Urang, Lorong di Keraton Surakarta yang Dibuat untuk Menjebak Musuh
Pembangunan lorong sempit itu tak lepas dari strategi perang zaman dulu.
Pembangunan lorong sempit itu tak lepas dari strategi perang zaman dulu.
Mengenal Supit Urang, Lorong di Keraton Surakarta yang Dibuat untuk Menjebak Musuh
Sebelum memasuki area Keraton Surakarta, pengunjung akan melintasi sebuah lorong yang kanan kirinya diapit tembok tinggi. Inilah yang dinamakan Lorong Supit Urang, yang dalam bahasa Indonesia artinya lorong penjepit udang.
-
Dimana letak Keraton Surakarta Hadiningrat? Ini merupakan tempat bersejarah yang menyimpan beragam budaya kerajaan yang masih berjalan hingga detik ini.
-
Bagaimana cara mengunjungi Keraton Surakarta? So, buat kamu yang berencana berkunjung ke Keraton Surakarta dapat datang setiap hari kecuali Jumat, dengan tiket masuk Rp10 ribu per orang.
-
Apa yang dibangun di Surakarta oleh Kemenaker? Demi mendukung berkembangnya sektor pariwisata, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah meresmikan Gedung Workshop Pelatihan Pariwisata Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Surakarta.
-
Apa tujuan Serangan Umum Surakarta? Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.
-
Siapa yang mendirikan Keraton Surosowan? Pengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
-
Apa bentuk Segarayasa di Keraton Surakarta? Saat pindah ke Keraton Surakarta, pihak keraton juga mendirikan danau buatan yang dinamakan Tamansari Bandengan. Lokasinya berada di barat Sasana Narendra atau Ndalem Nganjrah Sari. Tamansari Bandengan dibangun pada tahun 1750. Bentuknya persegi panjang dengan kolam air di tengahnya.
Pemberian nama ini tak lepas dari bentuk lorongnya yang semakin ke dalam semakin menyempit. Kini lorong itu memang masih digunakan sebagai lalu lintas kendaraan. Namun karena jalannya yang sempit, arus kendaraan di sini hanya berlaku satu arah.
Sebelum masuk ke ruas jalan tersebut, terdapat gerbang dengan bagian atas berupa plengkung besi. Di gerbang tersebut tertulis "Kori Patjikerran" yang lengkap dengan tulisan aksara Jawa di atasnya.
Kini lorong supit urang menjadi rute favorit wisatawan yang akan berkunjung ke Keraton Surakarta. Tak jarang mereka menyusuri lorong tersebut dengan berjalan kaki.
Kawasan jalan tersebut memang punya bentuk unik. Jika dirunut dari arah timur, kemudian menyusuri sepanjang ruas jalan supit urang, bentuknya menyerupai setengah lingkaran atau mirip huruf "U"
Pembangunan lorong supit urang tak lepas dari strategi perang pada zaman dulu. Waktu itu, saat musuh akan menyerbu ke Keraton Surakarta, mereka akan terlebih dahulu melewati area lorong supit urang yang sempit. Hal ini akan lebih memudahkan prajurit keraton untuk menyergap mereka. Strategi ini kemudian diadopsi oleh Sudirman saat berperang melawan sekutu di Ambarawa pada Desember 1945. Saat itu, Sudirman menggunakan taktik supit urang untuk memancing pasukan sekutu berkumpul di tengah medan perang.Saat itu, Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) mengepung pasukan lawan dari dua arah dan berlapis. Hal ini membuat pasukan sekutu terkepung.
Sedangkan pada zaman dulu, lorong ini digunakan untuk menjebak musuh. Saat rombongan masuk area lorong, jembatan yang dulu pernah ada di barat dan timur supit urang akan ditutup. Mau tidak mau penyerbu baru bisa masuk area keraton dengan menaiki temboknya. Dikutip dari kanal YouTube History Of Java, mereka yang berhasil melompati tembok dan masuk ke dalam juga tidak akan selamat. Di balik tembok sudah berjajar pasukan prajurit yang bersiap untuk mematikan musuh.