Gubernur Koster Sedih Warga Pakai Nama Bali Tersisa 79%, Bahkan Ketut & Nyoman Nyaris Punah Karena KB di Era Orba
Gubernur Koster mengajak generasi muda agar tetap menjaga struktur nama-nama Bali yang merupakan warisan budaya agar tetap lestari sepanjang masa.
Penamaan Ketut dan Nyoman menjadi ciri khas pria Bali.
Gubernur Koster Sedih Warga Pakai Nama Bali Tersisa 79%, Bahkan Ketut & Nyoman Nyaris Punah Karena KB di Era Orba
Gubernur Bali, Wayan Koster mengeluhkan penamaan Ketut dan Nyoman untuk laki-laki Bali hampir hilang atau punah. Menurutnya, kepunahan itu terjadi karena program Keluarga Berencana (KB) yang diterapkan saat orde baru (orba) atau ketika Presiden Soeharto berkuasa. Cerita itu disampaikan Gubernur Koster sampaikan saat menyerahkan Hadiah Lomba Esai Film Jayaprana Layonsari di Wantilan DPRD Provinsi Bali, Senin (14/8).
- Gubernur Koster ke Pelaku Pariwisata: Bantu Saya Supaya Ganjar Menang Mutlak di Bali
- Gubernur Bali Geram Anggota DPRD Titip Siswa Saat PPBD: Tak Ada Istilah Menitip!
- Masa Jabatan Habis, Gubernur Koster Minta Doa Restu Warga Bali Maju Lagi di Pilgub 2024
- Gubernur Bali Wayan Koster Bertemu Heru Budi, Bahas Apa?
"Ini gara-gara KB dua anak. Laki (dan) perempuan sama saja diberlakukan waktu zamannya orde baru. Kita jadi korban, nama Ketut dan Nyoman hampir hilang. Ini tidak boleh lagi kita biarkan ke depan. Oleh karena itu, saya menjaga dalam haluan pembangunan (Bali) ke depan, ini harus kita lestarikan sama-sama."
Gubernur Koster.
Gubernur Koster menerangkan dalam konteks pembangunan Bali ke depan, pihaknya mengingatkan kepada generasi muda Bali bahwa hingga saat ini sudah 79 persen anak-anak sekolah yang memakai nama Bali dan sisanya sudah bukan nama-nama Bali.
"Bali telah mengalami perubahan struktur kependudukan. Saya sudah mendata dari seluruh siswa ada di Bali yang memakai nama Bali itu tinggal 79 persen. Yang 21 persen itu memakai nama bukan Bali,"
Ujar Gubernur Koster.
Koster menjabarkan, saat ini yang memakai nama anak pertama yakni Gede, Putu, Wayan sebanyak 39 persen. Sementara memakai nama anak kedua, Made, Kadek, Nengah itu 36 persen.
Sedangkan nama anak ketiganya Nyoman dan Komang sebanyak 18 persen.
"Dan yang paling sedikit yang memakai nama anak ke empat yaitu Ketut hanya tinggal enam persen. Sudah langka nama Ketut. Kalau ini tidak diwaspadai nama Ketut sudah terancam punah ke depannya."
Gubenur Koster.
@merdeka.com
Gubernur Koster mengajak generasi muda agar tetap menjaga struktur nama-nama Bali yang merupakan warisan budaya agar tetap lestari sepanjang masa. "Harus kita jaga warisan ini, supaya nama Putu, Gede, Wayan tetap ada. Nama Kadek, Nengah, Made tetap ada, Nyoman, Komang tetap ada, Ketut juga tetap ada. Jangan sampai dia tinggal di museum nantinya," ungkap Koster.
Koster berjanji kepada muda-mudi Bali, jika menikah dan memiliki empat anak nantinya akan diberikan insentif untuk anak ketiga dan keempat yang penamaannya mengandug kata Nyoman dan Ketut.
"Akan diberi insentif khusus nantinya, kalau tidak nanti bisa habis nama Nyoman dan Ketut. Jangan sampai habis Nyoman sama Ketut," ujar Koster.