Gunung Agung 6 kali 'batuk', kepulan asap mencapai 2000 meter
Sejumlah warga di wilayah areal lereng gunung Agung menyebut jika saat ini bukan lagi dalam bentuk abu, tetapi sudah seperti butiran pasir yang nampak di halaman rumah mereka.
Asap berwarna kelabu dengan intensitas tebal kembali teramati keluar dari puncak kawah gunung Agung bertekanan sedang dengan ketinggian 1000-2000 meter.
Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), menunjukkan bahwa gunung setinggi 3142 mdpl ini mencatat adanya erupsi kecil ditandai dengan semburan asap tebal disertai abu vulkanik sebanyak 6 kali dengan kekuatan amplitudo 25 mm, berdurasi 130-160 detik atau lebih dari 2 menit.
"Teramati Sinar api dari kawah puncak Gunung Agung dari Pos Rendang di Karangasem. Asap kawah yang keluar mengarah ke barat laut," tulis Anwar Sidiq petugas pos pengamatan, Sabtu (9/12) di desa Rendang, Kabupaten Karangasem.
Dilaporkan pula bahwa jumlah embusan setinggi 2000 meter terjadi sebanyak tiga kali dengan tekanan amplitudo 4-25 mm, durasi : 65-135 detik.
"Tremor terjadi terus menerus, dominan 2 mm. Masih low frekuensi," tambahnya.
Sementara itu laporan dari sejumlah warga di wilayah areal lereng gunung Agung menyebut jika saat ini bukan lagi dalam bentuk abu, tetapi sudah seperti butiran pasir yang nampak di halaman rumah mereka.
Menyikapi ini Devy Kamil Syahbani selaku Kepala Sup Bidang Mitigasi di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem Bali mengaku belum bisa memastikan kebenarannya. Karena harus ditinjau ke lapangan tentang adanya butiran pasir akibat erupsi.
Pun demikian diterangkannya butiran pasir itu memang akan muncul setiap gunung erupsi. Dijelaskannya bahwa butiran berwarna abu berbentuk bundar produk erupsi gunung api, dalam istilah vulkanologi dinamakan accretionary lapilli.
"Butiran Ini dapat terbentuk pada kolom erupsi karena kondisi kelembaban dan gaya elektrostatis. Kondisi yg dimaksud terjadi di saat material abu berinteraksi dengan air, bisa air dari kawah (sehingga ini sering diasosiasikan dengan letusan freatomagmatik)," terangnya.
Lanjutnya kelembaban ini juga bisa bersumber pada kondisi meteorologis, misal, abu yang disemburkan berinteraksi dengan awan hujan.
"Nah saat kondisi-kondisi itu terpenuhi maka kumpulan abu tersebut menjadi berbentuk bulat. Jadi itu sebenarnya masih abu tapi terkumpul jadi berbentuk granule," terangnya lagi.
Terkait adanya laporan dari warga pihaknya akan mencoba untuk melakukan pengecekan dengan pengambilan sampel.
Baca juga:
Pakar lingkungan: Erupsi vulkanik Gunung Agung berjasa 'dinginkan' Bumi
Indonesia tak panik hadapi bencana alam
Ini penyebab ratusan penerbangan Garuda Indonesia sempat delay pekan lalu
Erupsi Gunung Agung lebih parah, jalur penerbangan masih aman
Gunung Agung erupsi lagi, aliran lava diameter 900 meter penuhi kawah
-
Kenapa Gunung Agung di Bali dikeramatkan? Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan warga Bali, karena ada banyak pantangan yang harus dipatuhi ketika akan mendaki.
-
Dimana letak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Mengapa Gunung Agung menjadi gunung api tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl. Dengan ketinggian tersebut, Gunung Agung menjadi gunung tertinggi di Pulau Bali.
-
Kapan Gunung Tangkuban Perahu dikabarkan erupsi? Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang mengandung narasi bahwa Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Bandung, Jawa Barat, mengalami erupsi pada tanggal 11 Juni 2024 lalu.