Gunung Ruang Tiga Kali Erupsi Eksplosif, Penduduk Dievakuasi dengan Perahu dan Kapal Feri
Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, tiga kali erupsi eksplosif setelah gunung api itu berstatus Level III atau Siaga.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, setidaknya sudah tiga kali erupsi eksplosif setelah gunung api itu berstatus Level III atau Siaga.
- Gunung Ruang Erupsi, 18 Penerbangan dari Bandara Sam Ratulangi Dibatalkan
- 838 Orang Bakal Direlokasi ke Tagulandang jika Gunung Ruang Erupsi Kembali
- Gunung Ruang Erupsi, Tim SAR Susuri Pesisir Kepulauan Sitaro untuk Evakuasi Warga yang Tertinggal
- FOTO: Penampakan Erupsi Gunung Ruang Sulawesi Utara Setelah 22 Tahun Tertidur
Gunung Ruang Tiga Kali Erupsi Eksplosif, Penduduk Dievakuasi dengan Perahu dan Kapal Feri
Letusan besar yang memuntahkan bahan-bahan piroklastik itu memaksa ratusan orang yang bermukim di sekitar Gunung Ruang terpaksa mengungsi ke tempat aman.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan pengunjung maupun wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius empat kilometer dari pusat kawah aktif," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (17/4).
Wafid mengungkapkan erupsi eksplosif terjadi pada 16 April 2024 pukul 21.45 Wita dengan estimasi tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari puncak gunung api itu.
Kemudian, erupsi eksplosif terjadi kembali pada 17 April 2024 pukul 01.08 Wita dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan mencapai 2.500 meter yang disertai suara gemuruh dan dentuman. Erupsi kembali terjadi pada 17 April 2024 pukul 05.05 Wita yang diperkirakan ketinggian kolom erupsi mencapai 1.800 meter.
Menurut Wafid, kegempaan vulkanik di Gunung Ruang umumnya cenderung rendah dan lebih didominasi gempa tektonik serta diperkirakan pengaruh dari subduksi Sulawesi Utara dan subduksi ganda di Laut Maluku.
Namun aktivitas vulkanik pada periode 1-17 April 2024 terjadi eskalasi munculnya gempa vulkanik dalam pascagempa tektonik tanggal 9 April 2024 dan 14 April 2024 di Laut Maluku.
"Kedua gempa tektonik tersebut terasa pada skala I MMI dan diperkirakan berkaitan dengan aktivitas subduksi ganda di Laut Maluku," terang Wafid.
PVMBG mencatat jumlah gempa vulkanik dalam meningkat signifikan pasca gempa tektonik tersebut dengan rincian pada 10 April 2024 (terjadi 4 kali), pada 11 April 2024 (5 kali), pada 12 April 2024 (6 kali), pada 13 April 2024 (17 kali), pada 14 April 2024 (23 kali), pada 15 April 2024 (146 kali), pada 16 April 2024 (691 kali), dan pada 17 April 2024 sampai pukul 06.00 (373 kali).
Kemunculan gempa vulkanik dalam biasanya berkaitan dengan migrasi magma dari dalam ke permukaan. Sementara, potensi bahaya yang mungkin terjadi berupa erupsi eksplosif menghasilkan awan panas, ke arah barat daya-selatan-tenggara.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan ada 272 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 838 jiwa mengungsi akibat erupsi Gunung Ruang.
Penduduk yang berada di Desa Patologi dan Desa Pumpente dievakuasi ke Kecamatan Tagulandang menggunakan perahu.
Alutsista evakuasi berupa dua kapal feri (KMP Lokong Banua dan KMP Lohoraung) ditambah dengan perahu penyeberangan milik warga.
Adapun titik kumpul atau pengungsian masyarakat terletak di Gereja GMIST Nazareth Bahoi, Balai Latihan Kerja Bahoi, GOR Tagulandang, dan Balai Pertemuan Umum Kecamatan Tagulandang.
Gunung Ruang secara administratif berada di Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.
Gunung berapi aktif tersebut diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.
Sejarah erupsi Gunung Ruang tercatat sejak tahun 1808 dan memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 30 tahun. Pada 2002, Gunung Ruang juga mengalami erupsi eksplosif disertai awan panas yang mengakibatkan kerusakan lahan dan pemukiman serta mengharuskan penduduk mengungsi.
Setelah tertidur selama 22 tahun, pada 16 April 2024, Gunung Ruang kembali bangun dan memuntahkan berbagai material vulkanik mulai dari lava, gas, bebatuan, hingga abu. Pemerintah meminta penduduk mengungsi sampai aktivitas vulkanik gunung api itu tak lagi menunjukkan gejolak.