Haedar Nashir: Indonesia Harus Dibebaskan dari Segala Bentuk Radikalisme
"Baik dari tarikan ekstrem ke arah liberalisasi dan sekularisasi maupun ortodoksi dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderatnya yang autentik di negeri ini," ujar Haedar dalam pidatonya berjudul Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Sosiologi. Pengukuhan dilakukan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam pidatonya berjudul Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi, Haedar menyinggung bagaimana pandangan
-
Apa ciri khas bacaan sholat Muhammadiyah? Bacaan sholat Muhammadiyah tidak mengandung bacaan tambahan, seperti membaca basmalah sebelum surat Al-Fatihah, membaca qunut pada sholat subuh, dan membaca doa setelah tasyahud akhir.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Apa peran NU dan Muhammadiyah dalam sejarah Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Apa saja rukun wudhu Muhammadiyah? Secara umum wudhu Muhammadiyah memiliki rukun yang sama, namun terdapat anjuran khusus untuk mengikuti sunah yang ada.
-
Bagaimana Munir mengubah pandangan radikalnya? Setelah melakukan banyak dialog dan berbagai interaksi dengan para ahli agama dan tokoh masyarakat, ia mengaku bahwa pemahaman yang sebelumnya ia yakini sangat keliru karena membahayakan keselamatan orang lain.
Dalam satu bagian pidatonya, Haedar menyampaikan, moderasi Indonesia dan keindonesiaan sebagai pandangan dan orientasi tindakan untuk menempuh jalan tengah atau moderat merupakan keniscayaan bagi kepentingan masa depan Indonesia. Hal itu sejalan dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan spirit para pendiri bangsa.
"Indonesia harus dibebaskan dari segala bentuk radikalisme. Baik dari tarikan ekstrem ke arah liberalisasi dan sekularisasi maupun ortodoksi dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderatnya yang autentik di negeri ini," ujar Haedar, Kamis (12/12).
Pengukuhan Haedar dihadiri sejumlah menteri, mantan menteri dan tokoh termasuk Wakil Presiden periode 2014-2019, Jusuf Kalla. Sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju hadir, seperti: Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Agama, Fachrul Razi, Menteri Koperasi Teten Masduki, Mensesneg Pratikno.
Kemudian ada juga mantan menteri KKP Susi Pudjiastuti, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Malik Fadjar, dan Buya Syafi'i Ma'arif.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Haedar Nashir Dikukuhkan jadi Guru Besar Bidang Sosiologi, JK Hingga Pratikno Hadir
Ma'ruf Amin: Majelis Taklim Tak Terdaftar Tak Dapat Pelayanan dan Pembinaan Kemenag
PP Muhammadiyah Soal Penghapusan UN: Jangan Ada Kesan Ganti Menteri Ganti Kebijakan
Rapat Tertutup, Muhammadiyah dan PKS Bahas Kebangsaan
Majelis Taklim Harus Terdaftar, Muhammadiyah Sebut Menag Berlebihan
Bahtiar Effendy akan Dimakamkan di Depok Setelah Zuhur