Hasil Konseling, Santri Korban Pengeroyokan di Pekalongan ingin Pindah Sekolah
Orang tua korban masih tetap melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum.
Orang tua korban masih tetap melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum.
Hasil Konseling, Santri Korban Pengeroyokan di Pekalongan ingin Pindah Sekolah
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3APPKB) Kabupaten Pekalongan melakukan pendampingan psikologis terhadap RQ (13), santri Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah Boarding School Assalam Kajen yang dikeroyok 14 temannya.
Hasil dari pendampingan yakni korban sudah mulai berkomunikasi dengan keluarga ataupun yang lainnya, dan sudah mau kembali sekolah tetapi dengan syarat pindah sekolah.
- Sang Ibu Penjual Rujak Cingur, Tak Disangka Bocah dari Desa Ini Pernah Jadi Panglima TNI dan Kini Jadi Menteri
- Momen Kepala Siswi SMK Tersangkut di Teralis Sekolah karena Asyik Bercanda, Endingnya Bikin Ngakak
- Duduk Perkara Guru Diketapel Orang Tua Murid hingga Mata Buta
- Kasus Siswa SMA Tusuk Teman di Sekolah: Korban Dibully Sejak SMP, Curhat ke Guru Diminta Sabar
"Korban sudah menjalani sesi konseling dari tim psikologi dinas. Korban juga sudah siap untuk kembali ke sekolah secepatnya, tetapi tidak mau kembali mondok ke MBS Assalam Kajen atau pun ke Ponpes lainnya," kata Kepala Dinas P3APPKB Kabupaten Pekalongan Eko Wigiantoro saat dikonfirmasi, Sabtu (23/9).
Korban mempertimbangkan tiga sekolah yaitu SMPN 1 Wiradesa, SMPN 1 Wonokerto, SMP Islam FQ Wonokerto. Untuk itu, pihak sekolah dan orang tua korban akan bermusyawarah dulu dalam memilih sekolah.
"Terkait sekolah, tim akan konsultasi dengan Dindikbud terkait keinginan korban untuk pindah sekolah ke SMP yang dituju," ungkapnya.
Di sisi lain, pihak orang tua korban masih tetap melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum. Sedangkan untuk pendampingan psikolog penting untuk memulihkan rasa trauma korban. Sehingga pada waktu tertentu dapat beraktivitas normal dan bergaul seperti biasa.
Eko menyebut selain pendampingan rasa trauma, sesi tukar pikiran dengan pihak keluarga korban, khususnya orang tua, juga penting. Sebab, orang tua ikut memikul beban mental akibat perlakuan tidak wajar terhadap anak.
"Sehingga memerlukan asupan pemikiran yang positif dari orang-orang dekat," tuturnya.
Sebelumnya, RQ jadi korban bullying seniornya. Korban menderita luka-luka setelah dikeroyok 14 seniornya.
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi pada Sabtu (9/9) malam lalu usai santri melakukan kegiatan di dalam kamar kelas VIII. Orang tua korban melaporkan peristiwa itu ke Polres Pekalongan pada Minggu (10/9) siang.