Indonesia di Ambang Kekeringan, Ini Penyebabnya
Dwikorita mengatakan, dua fenomena tersebut telah diprakirakan BMKG pada Maret 2023, di mana keduanya berpotensi mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan fenomena El Nino yang semakin menguat dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan di Indonesia pada musim kemarau.
Dwikorita mengatakan, dua fenomena tersebut telah diprakirakan BMKG pada Maret 2023, di mana keduanya berpotensi mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan Hari Brimob diperingati? Bangsa Indonesia memperingati Hari Brimob setiap tanggal 14 November.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Kapan pelantikan MKMK? Ketiga anggota MKMK akan dilantik dan mengucapkan sumpah pada 8 Januari 2024.
Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik, dan Indian Ocean Dipole yang dipengaruhi suhu di Samudra Hindia, di mana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.
"Diprediksi pada semester 2 ini dapat berdampak pada semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini. Bahkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya," katanya di Jakarta, Selasa (6/6).
Merujuk fenomena kekeringan pada 2019, Dwikorita menjelaskan saat itu disebabkan oleh fenomena IOD yang menguat ke arah positif.
Namun, musim kemarau tahun ini terjadi dua fenomena El Nino dan IOD yang harus diantisipasi karena saling menguatkan.
Dia menjelaskan memasuki Mei 2023 hingga saat ini, fenomena yang terkait dengan suhu muka air laut di Samudra Pasifik mengalami perubahan yang yang mengarah pada El Nino pada Juni 2023 yang berakibat semakin menghangat kawasan itu.
"Anomali temperatur di Samudra Pasifik ini semakin meningkat ya, saat ini sudah mencapai angka 0,8 dan sudah dekat dengan 1. Kalau sampai menyentuh angka 1 berarti El Nino moderat, saat ini masih 0,8 di bawah 1 itu El Nino-nya lemah, namun ada tren untuk segera memasuki moderat," kata dia.
Hal itu mengindikasikan intensitas semakin menguat dengan peluang lebih dari 80 persen sehingga ENSO Netral beralih menuju fase El Nino.
Selain itu, katanya, gangguan iklim juga terjadi di Samudra Hindia yaitu IOD yang dikontrol oleh suhu muka air laut di Samudra Hindia saat ini berada pada fase arah menuju fase positif mulai Juni hingga Oktober mendatang.
(mdk/fik)