Ini alasan Luhut teken bongkar makam korban 1965
"Saya enggak mau kalian yang muda-muda ini dituduh, bangsa ini membunuh 400 ribu orang. Saya tak percaya," kata Luhut.
Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pembongkaran makam korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu sangat perlu. Luhut mengaku ingin membuktikan pernyataan simpang siur jumlah korban tersebut.
"Ya, saya enggak mau kalian yang muda-muda ini dituduh, kita ini bangsa ini membunuh 400 ribu orang. Karena angka 400 ribu itu sangat besar. Saya tidak percaya angka itu," ujar Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/5).
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini menginginkan pembongkaran makam korban peristiwa 1965 cepat terlaksana. Apalagi, kata dia, data letak pemakaman massal sudah diketahui.
"Itu akan kita buktikan juga pelan-pelan, ya kita lihatlah nanti ya," katanya.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 Bejo Untung mengaku telah mendapatkan data yang valid terkait lokasi pemakaman korban 65. Menurutnya, ada tiga pulau yang diidentifikasi terdapat titik kuburan massal terbesar, yakni Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali.
Di Pulau Sumatera, kata dia, kuburan massal telah teridentifikasi di beberapa titik, seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Padang Pariaman, Solok, Riau, dan Palembang.
Yang terbesar, lanjut dia, di antaranya di Sumatera Utara dan Palembang. Di daerah Sumatera Utara terdapat sebuah sungai yang bernama Sungai Ular, yang pernah dijadikan lokasi pembantaian tahanan politik ataupun warga yang dituduh anggota PKI.
Baca juga:
Marak isu kebangkitan PKI untuk jegal penuntasan kasus HAM 1965
Luhut naik pitam didesak ungkap kasus 65
Pemerintah investigasi kuburan massal korban tragedi 1965
Geramnya Luhut Pandjaitan tak mau didikte asing soal tragedi 1965
Pegiat HAM sindir pemerintah abaikan pengadilan HAM 65
Dosa pelanggaran HAM Pulau Buru kini membayangi Jokowi
Menko Luhut geram dicecar wartawan asing soal peristiwa 1965
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Mengapa Soebandrio dianggap terlibat dalam G30S/PKI? Bagi AD, Soebandrio dianggap terlibat PKI, atau setidaknya memberi angin terjadinya G30S.
-
Mengapa Brigjen Soepardjo terbang ke Jakarta jelang G30S/PKI? Jelang Pecahnya G30S/PKI, Soepardjo Mendapat Radiogram: Anak Sakit Dia terbang ke Jakarta. Tak cuma menemui keluarganya, Ternyata Soepardjo juga menemui tokoh-tokoh Gerakan 30 September.
-
Siapa yang memimpin pasukan yang menculik para jenderal pada peristiwa G30S/PKI? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.