Ini ancaman penghuni Dolly dan Jarak bila lokalisasi ditutup
Mereka siap melawan kebijakan perempuan yang mendapat julukan singa betina.
Detik-detik jelang penutupan, kondisi lokalisasi Gang Dolly dan Jarak, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, kian memanas. Ratusan PSK, mucikari, dan asosiasi pedagang berkumpul memblokir jalan, Rabu (18/6).
Berbagai kecaman dan ancaman dilayangkan kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menolak penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Beberapa hari kemarin, mereka siap melawan kebijakan perempuan yang mendapat julukan singa betina tersebut dengan menggelar aksi yang berisi ancaman dan kecaman. Ancaman tersebut diutarakan dengan tidak main-main.
Berikut beberapa ancaman penghuni Dolly dan Jarak bila lokalisasi tersebut ditutup:
-
Kenapa Dolly membantu Sherin? “Makanya saya ke mana-mana banting tulang kerja tuh inget almarhum dulu waktu hidup baik banget sama keluarga kita, sama saya baik, kalau saya butuh dibantu dan sekarang gantian gimana saya bisa bantu (keluarga) almarhum,” ungkapnya.
-
Kenapa Tari Beruji Doll diiringi Gendang Doll? Perbedaan ini bukan hanya dari segi fisik saja, namun kualitas suara yang dihasilkan dari setiap pukulan ini jauh berbeda antara Doll dengan alat musik pukul lainnya.
-
Kapan domba yang dipelihara Rina dipanen? Jadi dipelihara selama tiga bulan. Kami jual ke warung-warung sate, terutama warung sate Tegal. Mereka menggunakan domba-doma yang masing usia 8-10 bulan
-
Kapan Donny Kesuma meninggal? Pada hari Selasa petang, Ghassan Indira menerima pemberitahuan bahwa kondisi ayahnya semakin memburuk.
-
Kapan Dona memulai usahanya dengan mendirikan Dolas Songket? Pada tahun 2014, dia mendirikan Dolas Songket untuk memperjuangkan kelestarian songket silungkang dengan memberikan edukasi dan pelatihan menenun bagi masyarakat di desa.
-
Kapan Rampokan Macan dilakukan? Sejarah Rampokan macan dilakukan bertepatan dengan hari raya ketupat.
Warga Dolly ancam bikin wilayah tanpa aturan
Ancaman ini disampaikan lima Ketua Rukun Warga yang lokasinya terdapat area pelacuran. Yakni RW 3, 6, 10, 11 dan 12. Mereka telah sepakat akan meletakkan jabatannya, termasuk seluruh Ketua Rukun Tetangga di wilayahnya, jika Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini , menutup lokalisasi tersebut.
Tohari, Ketua RW 11 mengatakan, dia dan empat RW serta seluruh RT yang ada di wilayahnya masing-masing telah sepakat menolak penutupan. "Kita sudah sepakat akan meletakkan jabatan kita semua sebagai RW dan RT, jika mereka (Pemkot Surabaya) memaksa. Kita juga akan menolak semua aturan dari pemerintah," tegas Tohari, Selasa (17/6).
Tohari mengatakan, tanpa Ketua RW dan RT, maka aturan dan kendali sosial yang berlaku dalam masyarakat dengan sendirinya ikut hilang. Dia sesumbar menyatakan, jika itu terjadi, maka warga sekitar lokalisasi itu akan berjalan tanpa identitas dan norma berlaku dalam masyarakat.
"Kalau kita dan warga yang ada di sini, sudah menolak adanya RT/RW, maka tidak akan ada lagi yang mengontrol. Pemerintah juga tidak peduli dengan warganya, kenapa kita juga harus peduli," tegas Tohari.
Penghuni Dolly dan Jarak kibarkan bendera perang
Detik-detik jelang penutupan, kondisi lokalisasi Gang Dolly dan Jarak, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, kian memanas. Beberapa akses masuk ke Dolly dan Jarak di blokir.
Salah satu koordinator Front Pekerja Lokalisasi (FPL) Saputra alias Pokemon, mengatakan sejak selasa (17/6) pukul 06.00 WIB, massa Barisan Bintang Merah memblokir semua akses masuk ke Dolly dan Jarak.
Pokemon menyatakan blokir jalan itu dilakukan sampai batas yang tidak ditentukan. "Pokoknya sampai kita menang, kita akan perang dengan pemerintah, kalau pemerintah batal deklarasi berarti kita menang dan massa barisan bintang merah akan kita tarik," katanya.
Sementara itu, senada dengan Pokemon, Bandrio mengatakan, syarat penutupan Gang Dolly dan Jarak cuma satu, yaitu perang.
"Gampang kok kalau mau nutup syaratnya cuma satu, perang dulu sama kami warga di sini," ujar Bandrio kepada merdeka.com di depan panti pijat Kalimantan di Jalan Jarak, Surabaya, Rabu (18/6).
"Pokoke, nek ditutup lakone geger-gegeran. Warga pasti menolak dan siap perang. Tolak penutupan, wis nek arep nutup perang dulu wae. Gitu aja," imbuhnya mempertegaskan kembali. Pernyataannya ini diaminin oleh warga lainnya.
Penghuni Dolly dan Jarak siap mati tolak penutupan
Tidak terima dengan penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara tersebut, membuat Penghuni Dolly dan Jarak sampai detik ini tetap bersikeras untuk mempertahankan. Mereka tetap bersikeras tolak penutupan yang bagi mereka adalah 'pengusiran'. Bahkan, mereka berani mati untuk mempertahankan icon lokalisasi di Surabaya tersebut.
Hal itu terlihat pada Front Pekerja Lokalisasi (FPL) dan massa pendukungnya yang menamakan Relawan Bintang Merah, yang menyebutkan siap mati mempertahankan keutuhan Gang Dolly dan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur. Mereka telah mempersiapkan pasukan sipilnya untuk menghadang aparat kepolisian dan TNI yang ingin masuk ke area lokalisasi.
"Apakah kalian siap mati?," tanya Saputra alias Pokemon kepada pasukannya yang mengenakan pakaian serba hitam dengan ikat kepala bertuliskan: Bintang Merah, Selasa (17/6). Secara serempak, mereka menjawab pertanyaan sang komandan, "siap," dengan posisi tubuh tetap tegap.
Ancam membatalkan deklarasi penutupan
Ratusan pekerja seks komersial (PSK) dari Jarak hari ini (18/6) turun ke jalan. Mereka berdemo di Jalan Dukuh Kupang, Surabaya. Aksi demo mereka diikuti oleh 600-700 PSK dari lokalisasi Jarak, salah satu lokalisasi yang menjadi target penutupan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini .
Dalam aksi mereka, jalanan diblokir, kendaraan roda empat pun tidak dapat melewati jalanan tersebut.
Aksi mereka sempat jeda untuk beberapa jam, namun mereka memastikan bahwa aksi tersebut belum berakhir. Rencananya, malam ini mereka akan mengelar aksi banding di depan Gedung Islamic Center yang berada di Jalan Dukuh Kupang, tempat dilaksanakannya deklarasi penutupan lokalisasi yang sudah ada sejak zaman Belanda itu.
"Nanti kita turun lagi, mas. Nanti deklarasi kita batalkan. Kita siap mati menolak penutupan ini (Gang Dolly dan Jarak). Harga mati untuk penutupan lokalisasi," ujar anggota Front Pedagang Lokalisasi, Tarjo, saat demo.