Ini Komorbid yang Melekat pada Pasien Covid-19 Meninggal Dunia
Tercatat 46 persen pasien memiliki komorbid dan 54 persen tidak mempunyai komorbid.
Kementerian Kesehatan melaporkan lebih dari 2.484 pasien Covid-19 meninggal dunia selama varian Omicron merebak di Indonesia. Tercatat 46 persen pasien memiliki komorbid dan 54 persen tidak mempunyai komorbid.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan mengatakan ada empat jenis komorbid yang melekat pada pasien meninggal karena Covid-19. Rinciannya, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
"Jadi empat penyakit ini berhubungan dengan kematian sementara," katanya dalam acara Journalist Workshop yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan secara virtual, Jumat (25/2).
Dia juga membeberkan jenis komorbid terbanyak yang melekat pada pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, komorbid kehamilan, penyakit paru obstruksi kronis, dan penyakit ginjal.
"Positivity kalau dihubungkan dengan komorbid hipertensi, diabetes, jantung, dan kehamilan, ini menarik. Banyak ibu-ibu hamil ada 10 persen ini, kemudian menjadi nomor empat terbanyak dibandingkan kelompok lainnya," jelasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi mengatakan selain memiliki komorbid, pasien Covid-19 yang meninggal dunia belum divaksinasi lengkap. Rinciannya, 73 persen belum divaksin lengkap, dan 27 persen sudah divaksin lengkap.
Nadia menambahkan, 53 persen dari pasien Covid-19 yang meninggal dunia masuk kategori lanjut usia atau lansia. Sementara 47 persen non lansia.
Masih data Kementerian Kesehatan, 2.000 pasien Covid-19 meninggal atau 80 persen berusia di atas 45 tahun. Tercatat 80 pasien atau sekitar 3 persen ada di rentang umur 0 sampai 5 tahun.
35 Pasien Meninggal
Kementerian Kesehatan juga mencatat sebanyak 35 pasien Covid-19 meninggal dunia meski sudah mendapatkan vaksinasi lanjutan atau booster. Rinciannya, lansia dengan komorbid sebanyak 15 orang dan lansia tanpa komorbid 10 orang. Kemudian non lansia dengan komorbid 5 orang dan non lansia tanpa komorbid 5 orang.
Nadia mengungkap penyebab pasien Covid-19 meninggal dunia meskipun sudah menerima vaksin booster.
"Karena komorbid berat," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi saat dihubungi, Rabu (23/2).
Penyebab lainnya, sebelum terpapar Covid-19, pasien sudah terjangkit human immunodeficiency virus (HIV). Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh pasien semakin lemah.
"HIV ini bukan komorbid," ujarnya.
Nadia memperkirakan pasien Covid-19 tanpa komorbid dan non lansia yang meninggal dunia setelah mendapatkan booster merupakan Orang yang Hidup dengan HIV (Odhiv).
"Iya Odhiv dengan Covid-19," ucapnya.
(mdk/ray)