Ini perbedaan vaksin yang bikin bayi panas dan tidak terlalu panas
Vaksin yang membuat bayi panas adalah vaksin lokal yang diproduksi oleh PT Biofarma, BUMN di bidang farmasi.
Ketika akan melakukan imunisasi di klinik atau rumah sakit, orangtua biasanya akan ditanyakan minta vaksin apa? Dokter atau bidan seringnya tidak menyebut merek tertentu vaksinnya, hanya efek sampingnya.
"Kalau yang segini (lebih murah) biasanya panas (bayi) kalau yang agak mahal panasnya tidak terlalu. Kalau anak panas kan biasanya rewel," ujar Vivi menirukan ucapan seorang bidan di Klinik di Kampung Gedong, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.
Harga yang terpaut antara vaksin tersebut memang cukup jauh. Namun demi sang buah hati, Ibu 30 tahun itu akhirnya memilih vaksin yang jauh lebih mahal dengan harapan anaknya tidak rewel.
Namun sang bidan memperingatinya, bahwa sekali menggunakan vaksin yang tidak panas tersebut maka pada imunisasi berikutnya juga harus menggunakan vaksin lanjutan yang sama. Tidak bisa diselang-seling.
Dalam tabel imunisasi yang dia terima, dalam setahun bayinya harus diimunisasi 6 kali. Jadwalnya juga sudah jelas tertulis dalam tabel.
1. Imunisasi pertama dilakukan maksimal 7 hari setelah bayi lahir. Imunisasi pertama ini untuk mencegah penyakit hepatitis B (HB) O.
2. Imunisasi ke dua dilakukan saat bayi berusia 1 bulan dan biasa disebut BCG/Polio 1
3. Imunisasi ke tiga dilakukan saat bayi berusia 2 bulan dan disebut DPT/HB 1, Polio 2
4. Imunisasi ke empat dilakukan saat bayi berusia 3 bulan dan disebut DPT/HB 2, Polio 3
5. Imunisasi ke lima dilakukan saat bayi berusia 4 bulan dan disebut DPT/HB 3, Polio 4
9. Imunisasi ke enam dilakukan saat bayi berusia 9 bulan disebut imunisasi campak
Lalu apa beda vaksin yang bisa menyebabkan anak panas dan tidak begitu panas tersebut?
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Aura Linda Sitanggang menyebut vaksin yang panas adalah vaksin lokal yang diproduksi oleh PT Biofarma, BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Sedangkan vaksin yang diklaim tidak membuat panas bayi adalah vaksin impor.
"Sebenarnya kualitasnya juga sama cuma kadang-kadang ada efek sampingnya panas, impor tidak terlalu panas, dan kadang disalahartikan (vaksin) impor tidak panas. Tetapi sebenarnya presentasi turun panasnya berkurang," ujar Linda di Gedung Kemenkes, Selasa (19/7).
Menurut Linda, kasus vaksin palsu biasanya terjadi di rumah sakit swasta dan klinik-klinik yang menggunakan vaksin impor. Namun tidak semua vaksin impor palsu.
Kasus vaksin palsu muncul saat vaksin impor (asli) langka, beberapa rumah sakit dan klinik akhirnya memesan dari distributor baru, yakni PT Azka Medical. Ternyata vaksin yang diberikan oleh PT Azka Medical ini palsu.
"Tidak ada sebenarnya (kelangkaan) mungkin cara memesan, meminta untuk mendistribusi ini harus diperhatikannya, tapi vaksinnya ada. Yang langka itu adalah vaksin impor," imbuhnya.