Inilah jenis-jenis gempa yang menyebabkan tsunami
Gempa bumi juga ada yang memicu tsunami. Inilah jenis-jenis gempa yang bisa picu tsunami:
Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan gempa dan tsunami. Gempa paling dahsyat berkekuatan 9,2 SR terjadi di Aceh pada Desember 2004. Gempa yang menyebabkan tsunami menyapu seluruh isi kota, hingga menewaskan ratusan ribu orang. Kejadian tersebut terulang kembali di Palu, Sulawesi Tengah. Ratusan orang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan, dan beberapa korban lainnya tergulung ombak akibat tsunami.
Lalu seperti apa jenis-jenis gempa yang bisa menyebabkan tsunami? Berikut penjelasannya, seperti dikutip merdeka.com dari berbagai sumber:
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Kapan pulau itu dihantam oleh tsunami? Hanya beberapa hari sebelum kejadian, kapal pesiar sudah ada di sana dan berada di pantai.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Mengapa Indonesia sering mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, dan gunung meletus? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Hal itu mengakibatkan Indonesia kerap mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, maupun gunung meletus.
Tsunami earthquake
Tsunami ini disebabkan oleh gempa yang berkekuatan sangat besar. Menurut United States Geological Survei, potensi gempa bumi terhadap tsunami digolongkan sebagai berikut:
Pertama, gempa bermagnitude dibawa 6,5 SR kecil kemungkinan terjadi tsunami. Kedua, gempa bermagnitude di antara 6,5 dan 7,5 SR, menimbulkan longsoran atau amblasan dasar laut. Lalu ada perubahan kecil terhadap ketinggian air laut. Tapi tidak terjadi tsunami yang bisa merusak sekitar.
Ketiga, gempa bermagnitude antara 7,6 dan 7,8 SR bisa menimbulkan tsunami di luar range magnitude, terutama di dekat episenter. Perubahan ketinggian air laut lebih signifikan dan terdeteksi dengan jelas.
Keempat, 7,9 SR dan lebih besar bisa menimbulkan tsunami lokal. Perubahan ketinggian air laut secara drastis dapat terjadi pada daerah yang lebih luas. Pada kekuatan 9.0 SR, dampak sekunder lain dari gempabumi adalah munculnya gempabumi aftershock yang berkekuatan di bawah 7,5 SR.
Tsunamigenic earthquake
Tsunamigenic earthquake berpotensi menimbulkan tsunami. Kejadian tersebut berupa terganggunya air laut oleh kegiatan-kegiatan gunung api, gempa bumi, longsoran pantai dan bawah laut, dan sebab-sebab lainnya.
Menurut sejarah, Selat Sunda sudah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. Tsunami ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, di antaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928, gempa bumi pada tahun 1722, 1852, dan 1958, dan adanya longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut pada tahun 1851, 1883, dan 1889.
Tsunamigenik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti mekanisme gempa bumi, kedalaman retakan, distribusi slip di sepanjang zona patahan, serta proses mekanik yang terjadi di zona sumber gempabumi. Masing-masing faktor ini berperan penting dalam menentukan tingkatan tsunami.
Gempa bumi di bawah laut
Gempa bumi seperti ini terjadi saat lempeng-lempeng tektonik bertabrakan. Tubrukan itu menyebabkan pergerakan dasar laut, dan bisa mengganggu keseimbangan air yang ada di atasnya. Gempa di daratan juga bisa berpotensi gempa, jika patahannya memanjang hingga masuk ke lempengan di bawah laut.
Kedalaman gempa juga berpengaruh. Misal pusat gempa berada dekat dengan permukaan air laut, dengan jarak 0 hingga 30 kilometer di bawah permukaan laut. Lalu gempa tersebut memiliki pola pergerakan (sesar) naik turun.