Jika KS Tubun tak ditembak G30S, Polri tak punya pahlawan
Karel meninggal ditembak gerombolan G30S setelah dua tahun dinaikkan pangkatnya menjadi Brigadir Polisi.
Dari 156 pahlawan nasional yang ada di Indonesia, hanya satu orang yang berasal dari Polri. Pria itu bernama Brigadir Karel Satsuit Tubun yang tewas ditembak saat peristiwa G30S tahun 1965.
Sejarawan Asvi Marman Adam mengatakan, jika Karel tak tewas ditembak saat itu, maka tak ada pahlawan nasional yang berasal dari kalangan Polri.
"Padahal banyak nama-nama lain yang seharusnya layak jadi pahlawan nasional," kata Asvi kepada merdeka.com, Rabu (12/9).
Karel lahir di Rumadian, Tual, Maluku Tengara, pada 14 Oktober 1928. Pendidikan umum yang diperolehnya hanya sampai Sekolah Dasar dan tamat pada 1941. Ketertarikannya menjadi polisi membawanya untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Polisi Negara di Ambon pada 1951.
Setelah tamat, Karel langsung dilantik sebagai agen Polisi Tingkat II dan ditugaskan di kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon. Selang berapa lama, dia lantas dipindahkan ke Jakarta pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara.
Pada 1955 ia dipindahkan ke Sumatera Utara. Tiga tahun kemudian ia dipindahkan ke Sulawesi. Saat pemberontakan PRRI/Permesta terjadi, Karel bertugas di Sumatera Barat selama enam bulan. Setelah itu Karel dipindahkan ke Dobo. Selang berapa lama, Bung Karno melancarkan pembebasan Irian Barat dari Belanda dan Karel tetap bertugas di Dobo.
Karel meninggal setelah dua tahun dinaikkan pangkatnya menjadi Brigadir Polisi. Saat itu, 1 Oktober 1965, pagi, gerombolan Gerakan 30 September, hendak menculik Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab), Jenderal A.H. Nasution.
Posisi rumah Nasution kala itu bersebelahan dengan rumah Wakil Perdana Menteri II Dr J. Leimena. Namun rupanya, gerombolan itu tak hanya melumpuhkan penjagaan di rumah Nasution, penjagaan di rumah Leimena pun berusaha dilumpuhkan mereka agar penculikan berjalan mulus.
Saat itu, Karel bertugas menjaga kediaman Leimena. Pria asal Maluku Tenggara itu mendapat giliran piket pagi. Dia pun menyempatkan diri untuk tidur sejenak.
Namun, tiba-tiba sejumlah orang berbadan tegap membangunkannya secara paksa. Karena wajah mereka asing, Karel langsung tahu mereka memiliki niat jahat. Karel langsung mengambil senjata dan langsung menembakannya ke arah mereka.
Nahas, gerombolan tersebut langsung memuntahkan timah panas ke arah Karel. Polisi itu pun roboh bersimbah darah dan meninggal seketika.
Pemerintah kemudian memberinya gelar pahlawan nasional sekaligus pahlawan revolusi. Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Ajun Inspektur Polisi Kelas II.