Jokowi Jawab Pihak Ragukan Pembangunan IKN: Biar Waktu yang Berbicara
Menurut Jokowi, nyatanya bangunan Istana Negara dan Istana Garuda sudah dapat digunakan untuk acara-acara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut banyak yang meragukan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Namun nyatanya bangunan Istana Negara dan Istana Garuda sudah dapat digunakan untuk acara-acara.
"Dulu banyak yang bertanya, 'Apa iya bisa berjalan IKN ini? Apa iya bisa terbangun?' Sekarang kita sudah berada di Istana Garuda dan tadi ternyata sudah foto-foto bersama di Istana Negara di depan," kata Jokowi dalam acara Kompas 100 CEO Forum di Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Jumat (11/10).
- Jokowi Sebut Pembangunan IKN Butuh 20 Tahun: Pak Prabowo Pernah Sampaikan akan Percepat
- Jokowi Sebut Pembangunan IKN Baru 20 Persen: Ini Baru Awal, Selesai 15 Tahun Lagi
- Jokowi Beri Nama Kantor Presiden di IKN Sebagai Istana Garuda
- Potret Jokowi Cek Pembangunan Istana Negara IKN Usai Pergantian Kepala Otorita
"Saya menyampaikan itu artinya apa? Artinya biar nanti waktu yang berbicara," sambung Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa membangun ibu kota baru seperti IKN membutuhkan waktu yang sangat panjang hingga 20 tahun. Sebab, Jokowi ingin membangun ekosistem besar di IKN.
"Membangun sebuah ibu kota seperti Nusantara ini butuh waktu, butuh proses, tidak hanya setahun, dua tahun, tiga tahun. Ini bisa 10 tahun, bisa 15 tahun, bisa 20 tahun untuk menjadi sebuah ekosistem besar, ibu kota besar negara besar Indonesia," ujar Jokowi.
Jokowi menyebut saat ini pembangunan IKN masih terus berlangsung. Para ASN pun belum dapat dipindahkan ke IKN sebab pembangunan kantor kementerian dan hunian belum rampung.
"Sekali lagi semuanya butuh waktu dan semuanya butuh proses. Ini membangun sebuah ibu kota negara, dan negaranya bukan negara kecil, tapi negara besar," tutur Jokowi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan bahwa kepindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur didukung oleh undang-undang yang disetujui oleh 93 persen fraksi di DPR RI yang mewakili masyarakat Indonesia. Sehingga, Jokowi menekankan bahwa Ibu Kota Nusantara (IKN) bukanlah proyeknya.
"Jadi (IKN) ini bukan Keputusan Presiden saja, tetapi juga keputusan seluruh rakyat Indonesia yang diwakili oleh seluruh anggota DPR yang ada di Jakarta. Supaya jangan ada sebuah kekeliruan persepsi bahwa ini adalah proyeknya Presiden Jokowi, bukan," jelas Jokowi saat membuka Rakornas Baznas di Istana Negara IKN, Kalimantan Timur, Rabu (25/9).
"Itu sudah melalui tahapan-tahapan yang baik dalam kita berbangsa dan bernegara," imbuh Jokowi.
Dia menceritakan bahwa rencana memindahkan ibu kota negara di luar Jakarta sudah digagas oleh Presiden pertama RI, Soekarno dan Presiden kedua RI, Soeharto. Jokowi menegaskan dirinya hanya mengeksekusi gagasan tersebut.
"Saya itu hanya mengeksekusi. Gagasan itu sudah gagasan panjang udah lama," ucapnya.
Usai dilantik menjadi Presiden RI pada tahun 2014, Jokowi memerintahkan Kepala Bappenas untuk mengkaji gagasan Bung Karno memindahkan ibu kota negara ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Setelah dikaji, Jokowi akhirnya memutukan Penajam Paser Utara sebagai lokasi ibu kota baru Indonesia.
"Setelah melalui beberapa studi, diputuskan ada tiga kandidat calon ibu kota baru Indonesia. Yang pertama Palangka Raya, yang kedua di Kalimantan Selatan, yang ketiga di Kalimantan Timur, dan tambah satu ada di Sulawesi di Mamuju," ujarnya.
"Didetailkan lagi, kemudian saya cek di lapangan, enggak sekali, dua kali, tiga kali. Kemudian, Bismillah, saya putuskan di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur," sambung Jokowi.
Dia menuturkan keputusan memindahkan ibu kota tidaklah muda. Jokowi menyebut pemerintah harus mengantongi izin DPR RI sebagai wakil rakyat.
"Kita juga izin kepada DPR. Saya menyampaikan lisan di dalam rapat paripurna tanggal 16 Agustus, kemudian diikuti dengan pengajuan undang-undang mengenai ibukota Nusantara, dan itu disetujui 93 persen dari fraksi yang ada di DPR," tutur Jokowi.
Dia mengatakan pemindahan ibu kota negara bukan hanya pindah gedung-gedung pemerintahan saja. Namun, juga ada pola pikir, cara kerja baru, dan semangat kerja baru.
"Yang kita inginkan dalam tonggak peradaban kita sebagai sebuah bangsa sejak kemerdekaan itu adalah tonggak-tonggak, pancang-pancang, tahapan-tahapan kita berbangsa dan bernegara dalam jangka menengah dan panjang," pungkas Jokowi.