Kaki kiri SA yang membusuk akhirnya diamputasi
Kaki kiri SA yang membusuk akhirnya diamputasi. SA menangis dan meronta saat melihat kaki kirinya sudah tak ada.
Kaki kiri SA (12) yang membusuk akibat dugaan malapraktik, akhirnya diamputasi. Orang tua SA, Slamet (42) mengikuti anjuran medis untuk mengamputasi kaki putranya sebelum berdampak lebih buruk lagi.
"Tadi malam amputasi dilakukan, sekitar pukul 15.00 WIB sampai sekitar 22.WIB," kata Slamet yang tinggal di Jalan KH Malik Dalam RT 04 RW 07, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang saat dihubungi wartawan, Minggu (13/11).
Kata Slamet, anaknya masih akan mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) sekitar 4 hingga 5 hari lagi. Kondisinya berangsur membaik pascaamputasi, kendati sempat menangis saat pertama kali melihat kakinya hilang.
"Anaknya sempat down, meronta-ronta saat melihat kakinya tidak ada," kata pria yang sehari-hari bekerja outsourching di Telkom Blimbing, Kota Malang.
Dokter masih akan memberikan pendampingan psikologis, salah satunya memberi motivasi atas kondisi yang dialami. Apalagi SA sudah beberapa bulan tidak sekolah, sehingga perlu penyemangat.
"Anaknya ngakunya pingin segera mengikuti pengajian di Habib Alwi di Bareng. Pokoknya ingin segera kembali ke sekolah," katanya.
Pembiayaan pengobatan terhadap SA sepenuhnya digratiskan dengan dibebankan ke BPJS. Sedangkan untuk pengadaan kaki palsu masih diupayakan oleh sejumlah pihak.
Direktur RSSA, Restu Kurnia mengungkapkan, proses amputasi melibatkan dua tim dokter, yakni dokter vaskuler dan ortopaedi. Pihaknya juga menyiapkan tim dari psikiater untuk pendampingan SA.
"Dua tim yang bekerja, satu tim lagi dari psikiater nanti akan mendampingi sampai selesai," katanya.
Keluarga SA sebelumnya mengaku menjadi korban malapraktik RSSA. Kaki kirinya menghitam sepanjang lutut hingga ujung jari jemarinya akibat pembusukan.
Tulang keringnya terbuka, dapat terlihat jelas di antara beberapa pen yang tertancap. Sementara daging pembungkus tulang terus mengkerut dan kehitaman.
Kaki SA mengalami pembusukan setelah dua kali menjalani operasi akibat tertimpa sepeda motor. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus diamputasi.
Pihak RSSA sebelumnya menyampaikan, bahwa kasus SA bukan malapraktik, karena proses operasi kelenjar di kakinya sudah dilalui sesuai prosedur. Dokter yang melakukan operasi juga sesuai dengan keilmuan yang dimiliki.â¬
Pihak RSSA sudah menyarankan amputasi, setelah proses operasi tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Apalagi keluarga juga melakukan pulang paksa dengan alasan mendekati Lebaran.
SA dengan kondisinya yang menyedihkan mendapatkan perhatian banyak kalangan termasuk media. Apalagi setelah melakukan pengaduan ke DPRD Kota Malang.