Kantor Sekretariat Gafatar Banyumas dijadikan home schooling
Namun yang ikut kegiatan adalah anak-anak yang berasal dari wilayah Cilacap, Banjar dan Solo, bukan dari Banyumas.
Warga yang berada di sekitar markas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) cabang Banyumas, Jawa Tengah di Desa Sokaraja Tengah mengakui kerap melihat beberapa aktivitas di bangunan tingkat dua di RT 02/RW 07. Aktivitas yang paling mencolok dalam kantor sekretariat menurut warga adalah kegiatan sekolah mandiri atau home schooling.
"Setiap siang banyak anak-anak yang datang ke bangunan tersebut. Saat saya tanya tentang kurikulum yang digunakan, mereka mengaku mengadakan kegiatan belajar informal dari sumber yang ada di internet," kata warga Desa Sokaraja Tengah RT 02/RW 07, Budi Setyo, Rabu (13/1).
Dikatakannya, kegiatan home schooling tersebut diikuti anak-anak yang bukan berasal dari wilayah sekitar. Dia mengemukakan, justru yang ikut kegiatan adalah anak-anak yang berasal dari wilayah Cilacap, Banjar dan ada juga yang berasal dari Solo.
"Anak-anak yang ikut kegiatan belajar di situ, kebanyakan dari Cilacap, Banjar, dan Solo. Justru yang dari daerah sini nggak ada yang ikut," jelasnya.
Kegiatan di kantor sekretariat dilakukan mulai siang, sore, hingga malam. Sementara itu, Ketua RT 02/RW 07 Sokaraja Tengah, Sumadi mengatakan aktivitas home schooling tersebut sama halnya dengan jam pelajaran di sekolah formal. "Kalau aktivitas belajarnya mulai sekitar Pukul 07.00 WIB sampai siang," jelasnya.
Sumadi mengemukakan, selama ini rumah yang menjadi kantor sekretariat Gafatar didiami oleh keluarga Wahyudi yang berasal dari Kecamatan Laweyan, Solo. Budi menambahkan, selama ini warga tidak curiga apa pun terhadap kegiatan Gafatar di wilayahnya. Ia mengemukakan, tidak banyak warga yang tahu tentang profil Gafatar. "Baru tahu kalau Gafatar dianggap sesat, saat ramai di media beberapa hari terakhir ini," katanya.
Budi mengemukakan, plang sekretariat DPC Gafatar Banyumas di rumah tersebut sebenarnya sudah dicabut sejak Agustus 2015 tanpa alasan yang jelas. "Tetapi, kami pernah penasaran untuk mengetahui aktivitas mereka, namun saat ingin mencari tahu kami tidak bisa masuk, karena dijaga empat-lima orang di depan rumah tersebut," jelasnya.