Kekeringan, bongkahan tanah sawah dijual petani untuk dijadikan bata
Pekerjaan untuk mengambil bongkahan sawah kering tersebut butuh pekerja lain yang merupakan warga sekitar.
Musim kemarau yang sudah memasuki bulan ke lima, mulai dirasakan dampaknya di kalangan petani wilayah Banyumas dan Cilacap Jawa Tengah. Tidak adanya pengairan untuk lahan sawah membuat petani memutuskan menjual bongkahan tanah sawah kering (lungkah) untuk mendapat pemasukan selama musim kemarau.
Dari pantauan, terlihat beberapa truk engkol hilir mudik melintasi areal tengah sawah yang kekeringan yang berada di Desa Sebrang Kecamatan Sampang Cilacap. Truk tersebut mengangkut bongkahan tanah sawah yang sudah mengering untuk dibawa ke tempat pembuatan (tobong) bata merah yang lokasinya tak jauh dari areal persawahan.
-
Kenapa potensi kebakaran di Bantul meningkat di musim kemarau? Potensi kebakaran di setiap daerah bakal meningkat. Terkait hal ini, personel pemadam kebakaran BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat agar mewaspadai kejadian kebakaran baik di rumah dan lahan yang rawan . "Betul, musim kemarau ini potensi kebakarannya tergolong tinggi. Akhir-akhir ini memang sering terjadi kebakaran.
-
Apa yang dibuat oleh perajin keris di Banyusumurup? Sebenarnya di Banyusumurup ini banyak orang yang mencari penghasilan dari membuat perabot keris.
-
Apa yang terjadi pada jembatan kaca di Banyumas? Pecahnya wahana jembatan kaca di kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus pada Rabu (25/10) mengundang perhatian banyak pihak.
-
Apa saja yang ditemukan di Desa Sekar Gumiwang saat muncul di musim kemarau? Di sana banyak ditemukan bangunan bekas rumah penduduk, sumur, bahkan jembatan jalan raya.
-
Apa yang dilakukan warga di Banyumas karena sungai kering? Sungai kering itu kemudian dimanfaatkan warga untuk membuat sumur di dasar sungai dengan cara melubangi dasar sungai. Air kemudian akan keluar dari lubang buatan dan bisa langsung diambil oleh warga untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
-
Kapan jembatan kaca di Banyumas pecah? Pecahnya wahana jembatan kaca di kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus pada Rabu (25/10) mengundang perhatian banyak pihak.
Seorang warga Desa Sebrang yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat bata merah, Kasim Riyadi (37) mengemukakan setiap musim kemarau seperti saat ini, kerap mengambil bongkahan tanah sawah kering untuk dijadikan bahan pembuat bata merah. Pengambilan bongkahan tersebut, ujarnya, dengan izin dari petani pemilik sawah.
"Sebenarnya sih sama-sama untung, karena pemilik lahan terbantu dengan diambilnya bongkahan sawah kering. Karena setelah musim kering biasanya bagian atasnya jadi tidak bagus untuk ditanami padi," katanya saat ditemui, Kamis (6/8).
Dia mengemukakan untuk mendapatkan lungkah harus mengeluarkan uang Rp 100 ribu untuk setiap satu truknya. Dalam sehari, ia menjelaskan bisa mengambil lungkah hingga 20 rit.
"Tapi sebenarnya tergantung luas lahan, kalau luasan lahannya 700 meter persegi ya bisa sampai 20-25 rit per hari," ucapnya.
Selain itu, pekerjaan untuk mengambil bongkahan sawah kering tersebut butuh pekerja lain yang merupakan warga sekitar. Seorang pekerja pengambil lungkah, Fahruddin (40) mengakui sudah satu minggu lebih bekerja menjadi pengambil lungkah. Dalam satu rit lungkah yang terangkut, ia bersama timnya mendapat uang Rp 60 ribu.
"Sejak tadi pagi, sudah dapat delapan rit. Biasanya setiap hari bisa sampai 30 rit, tergantung kendaraannya banyak atau tidak," ujarnya.
Fahrudin yang kesehariannya bekerja serabutan merasa terbantu dengan adanya pemasukan tambahan menjadi pengambil lungkah. "Hasilnya ya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga," tuturnya
(mdk/hhw)