Keluarga imam masjid di Aceh yang dibunuh kerap diteror
Bentuk terornya seperti meletakkan kain kafan di gubuk yang berada di sawah milik mereka.
Keluarga Imam dan bilal Masjid Jamik Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar, Tgk Mahmud yang tewas dibunuh mengaku kerap mendapatkan ancaman dan teror oleh orang tak dikenal. Bahkan klimaksnya semua keluarga korban harus mengungsi ke Banda Aceh pada sanak keluarganya karena merasa ketakutan atas ancaman dan teror tersebut.
Menurut pengakuan seorang keluarga korban, Muhammad Husaini, selama ini pihaknya sering mendapatkan teror berupa ancaman pembunuhan terhadap anggota keluarganya. Bentuk terornya seperti meletakkan kain kafan di gubuk yang berada di sawah milik mereka.
"Kami sering mendapatkan ancaman dari orang tertentu dan pesan disampaikan bahwa ada korban lainnya. Bentuk ancaman itu seperti meletakkan kain kafan di rangkang (gubuk di sawah) dan dituliskan ada korban anggota keluarga lainnya," ungkap Muhammad Husaini pada merdeka.com, Jumat (5/9).
Lanjutnya, atas dasar itu keluarga korban mengambil inisiatif untuk mengungsi sementara waktu menghindari hal yang tidak diinginkan. Selain itu juga pihak keluarga korban merasa ketakutan setelah silih berganti mendapatkan ancaman itu. Saat ini semua keluarga korban mengungsi di Banda Aceh dan juga ada yang di Meulaboh, Aceh Barat.
Kemudian teror yang mereka terima semakin banyak, kisahnya, sebelum bulan Ramadan lalu saat dirinya kembali ke rumah yang berada di Lamteuba mendapati rumah sudah diacak-acak dan dibongkar.
"Waktu sampai di rumah kami terkejut rumah sudah diacak-acak," tuturnya.
Hal yang semakin aneh saat Muhammad Husaini dapati orang yang mengacak-acak rumah mereka itu hanya mengambil barang-barang berharga. Seperti surat tanah dan surat-surat berharga lainnya. Sehingga ia mencurigai motif pembunuhan ini ada hubungannya dengan warisan. Namun Muhammad Husaini tidak menjelaskan maksud dari warisan tersebut.
"Kami menduga ini ada hubungannya dengan warisan, karena yang diambil itu semua surat berharga yang kami simpan di rumah," imbuhnya.
Oleh karena itu, pihak keluarga korban sangat berharap kasus ini bisa segera diselesaikan dan diungkap pelaku pembunuhan pada orangtua mereka. Karena biar semua persoalan ini bisa secepatnya selesai dan bisa kembali ke rumah dan bisa hidup normal seperti sebelumnya.
"Kami berharap pelaku bisa segera ditangkap dan bisa segera dihukum," pintanya.
Adapun kronologis pembunuhan yang menimpa bilal dan imam masjid tersebut terjadi subuh hari saat korban hendak mengumandangkan azan pada tanggal 21 April 2014. Rumah korban dengan Masjid berkisar hanya 200 meter dan korban didapati tergeletak sudah terbujur kaku sekitar 50 meter dari rumah kediamannya.
Adapun orang pertama mendapati korban sudah dibunuh oleh keponakannya, Fauzi bersama rekannya yang waktu itu pulang dari Banda Aceh menggunakan mobil sekira pukul 05.30 WIB. Saat itu Fauzi menemukan mayat tersebut dan langsung melaporkan pada warga dan Fauzi tidak mengetahui korban itu adalah pamannya.
Setelah warga datang dan melihat sosok mayat tersebut baru saat itu Fauzi mengetahui kalau mayat yang bersimbah darah itu adalah pamannya. Seketika itu Fauzi pun sempat pingsan setelah mengetahui sosok mayat tersebut adalah pamannya sendiri.