Kemenkes: Hampir Semua Daerah Terjadi Peningkatan Pergerakan Masyarakat
Nadia mengingatkan situasi lonjakan kasus Covid-19 pada Juni hingga Juli 2021. Lonjakan kasus Covid-19 saat itu terjadi akibat meningkatnya mobilitas masyarakat selama libur panjang pada Mei 2021. Di saat bersamaan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan menurun.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan mobilitas masyarakat mengalami peningkatan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Baik di sektor transportasi antar wilayah, sentra-sentra perekonomian hingga tempat rekreasi.
"Hampir semua daerah terjadi peningkatan pergerakan masyarakat," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (13/10).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Peningkatan mobilitas masyarakat berdampak positif pada situasi perekonomian. Namun, jika peningkatan pergerakan tidak diiringi dengan kepatuhan protokol kesehatan, maka bisa memicu lonjakan kasus Covid-19.
Nadia mengingatkan situasi lonjakan kasus Covid-19 pada Juni hingga Juli 2021. Lonjakan kasus Covid-19 saat itu terjadi akibat meningkatnya mobilitas masyarakat selama libur panjang pada Mei 2021. Di saat bersamaan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan menurun.
"Kita tentunya tidak berharap situasi tersebut terjadi kembali," ujarnya.
Nadia mengimbau seluruh masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas. Protokol kesehatan mampu menekan penularan Covid-19 sehingga pandemi bisa terkendali.
"Pemerintah tidak akan pernah bosan untuk terus mengingatkan kepada masyarakat di seluruh wilayah Indonesia tetap mematuhi protokol kesehatan agar penurunan kasus Covid-19 dapat konsisten dan pandemi ini dapat kita kendalikan sehingga secara berangsur kita bisa menata kembali kehidupan terutama di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, pendidikan dan berbagai bidang kehidupan lain," jelasnya.
Sebelumnya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan hasil monitoring kepatuhan protokol kesehatan tingkat nasional pada periode 27 September sampai 3 Oktober 2021. Pemantauan dilakukan kepada 8.328.904 orang di 1.154.995 titik pada 369 kabupaten dan kota di 33 provinsi.
Hasil monitoring menunjukkan, sebanyak 93,36 persen orang memakai masker dan 6,64 persen tidak memakai masker. Angka ini meningkat dari data periode 20 September hingga 26 September 2021 yang hanya 92,81 masyarakat patuh memakai masker.
Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau, restoran atau kedai, rumah, tempat olahraga publik, jalan umum dan tempat wisata masuk dalam kategori kurang mematuhi memakai masker dengan persentase di bawah 60 persen.
Dalam dokumen yang dirilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui covid19.go.id, Sabtu (9/10), terdapat 56 dari 369 kabupaten dan kota yang memiliki tingkat kepatuhan memakai masker kurang dari 75 persen atau setara dengan 15,18 persen.
Provinsi dengan masyarakat yang paling patuh memakai masker adalah Kepulauan Riau 98,34 persen, Kalimantan Tengah 97,91 persen, Bali 97,79 persen, Lampung 96,70 persen dan Sulawesi Tengah 96,31 persen.
Sementara untuk protokol kesehatan menjaga jarak, sebanyak 91,73 persen orang patuh dan 8,27 persen tidak patuh. Kepatuhan menjaga jarak juga naik tipis dari data sepekan sebelumnya yang tercatat sebesar 91,32 persen.
Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau, restoran atau kedai, pemukiman, tempat wisata, bandara dan tempat olahraga publik masuk dalam kategori kurang patuh menjaga jarak di bawah 60 persen.
Terdapat 68 kabupaten dan kota yang memiliki tingkat kepatuhan menjaga jarak kurang dari 75 persen atau setara dengan 18,43 persen. Provinsi dengan masyarakat yang paling patuh menjaga jarak adalah Jambi 98,70 persen, Lampung 98,67 persen, Sulawesi Tengah 97,12 persen, Bali 96,60 persen dan Kepulauan Riau 96,53 persen.
Data monitoring perubahan perilaku didapatkan berdasarkan laporan para personel TNI, Polri dan duta perubahan perilaku menggunakan aplikasi perubahan perilaku yang tersambung dengan sistem Bersatu Lawan Covid-19 (BLC). Data dikirimkan secara real-time pada lokasi titik-titik kerumunan yang mencakup pasar, tempat wisata, jalan umum, tempat olahraga publik/RPTRA, rumah atau wilayah pemukiman, restoran/kedai, kantor, mal, stasiun, bandara, terminal, sekolah dan lainnya.
Baca juga:
Kapolri Minta TNI-Polri Terus Bersinergi Capai Target Vaksinasi dari Jokowi
Satgas Covid-19 Masih Investigasi Kaburnya Rachel Vennya dari Tempat Karantina
Epidemiolog: Pandemi Covid-19 Terkendali, Tapi Risiko Kasus Aktif Masih Tinggi
3,3 Miliar Penduduk Bumi Sudah Disuntik Vaksin Covid-19
Epidemiolog Wanti-Wanti, Prediksi Gelombang 3 Covid-19 Terjadi di Bulan Desember 2021
BPOM Dampingi 15 Penelitian Obat Herbal untuk Terapi Pasien Covid-19