Kemenkes Tegaskan Hoaks Saat Pandemi Membahayakan Diri dan Orang Lain
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan kepada masyarakat untuk tidak percaya pada hoaks atau berita bohong terkait Covid-19 maupun seputar vaksinasi. Hal ini disampaikan mengingat masih banyaknya hoaks yang beredar terutama di media sosial.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan kepada masyarakat untuk tidak percaya pada hoaks atau berita bohong terkait Covid-19 maupun seputar vaksinasi. Hal ini disampaikan mengingat masih banyaknya hoaks yang beredar terutama di media sosial.
"Karena hoaks itu betul-betul membahayakan diri kita dan orang lain," kata dr. Nadia, Jumat (16/7).
-
Kenapa Kemenkes memvaksinasi monkeypox? Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Bagaimana cara penyebaran virus campak? Campak disebabkan oleh virus paramyxovirus, yang menyebar melalui tetesan pernapasan dan sangat menular.
-
Dimana para ilmuwan mengambil inti es yang berisi virus purba? Pada 2015 tim peneliti internasional menjelajah ke Gletser Guliya yang terpencil di Dataran Tinggi Tibet di Himalaya untuk mengumpulkan inti es sepanjang ratusan meter.
Dia mendorong masyarakat untuk bisa memastikan informasi berasal dari sumber resmi dan narasumber yang dapat dipercaya. Pemerintah, lanjutnya, juga telah menyediakan berbagai informasi resmi misal melalui situs KPCPEN yaitu covid19.co.id. Di situs tersebut ada kanal hoaks buster. Atau bisa mengakses melalui aplikasi ecovid19.co.id yang bisa diunduh di Playstore dan Appstore.
"Sudah banyak akses yang memudahkan kita untuk mengecek kebenaran informasi yang kita terima. Jadi jangan langsung percaya begitu saja dengan informasi yang beredar, khususnya di media sosial," ujarnya.
Hal senada disampaikan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), dr. Hermawan Saputra yang meminta masyarakat untuk betul-betul menyaring berita dan juga opini yang berkembang baik di media publik, maupun di media sosial. Dia mencontohkan, jika ada tokoh agama yang memberikan pernyataan tertentu, apakah tokoh agama ini betul-betul mewakili institusinya atau juga punya otoritas terkait dengan apa yang disampaikan.
"Hal itu harus diverifikasi supaya sejalan juga dengan tokoh agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI),” katanya.
Dia menambahkan, begitu juga jika ada tokoh kesehatan, entah itu dokter, perawat, bidan atau bahkan tenaga kesehatan lainnya, yang memberikan perspektif terkait Covid-19, maka informasi tersebut harus diselaraskan apakah tokoh kesehatan ini mewakili institusinya, profesinya, atau ada di bawah lembaga yang betul-betul kredibel.
Hal tersebut agar bisa ditelusuri kapasitasnya. Atau misal ada tokoh masyarakat yang memang terlibat di dalam penanganan pandemi Covid-19, atau hanya opini yang berkembang di luar dari upaya pengendalian Covid-19.
"Kemampuan kita memverifikasi dari sumber resmi, itu yang akan memudahkan kita juga mempertanggungjawabkan apa yang menjadi materi atau bahan dari diskusi," katanya.
Termasuk dalam hal ini adanya berita debat tentang obat, dr. Hermawan menyebut, mana yang sudah direstui, mana yang tidak, mana yang efektif mana yang tidak, serahkan kepada otoritas seperti BPOM yang berwenang melakukan clinical review approval.
Ketika BPOM menyampaikan bahwa vaksin itu efektif, bahwa obat itu bisa digunakan sesungguhnya di situlah wilayah yang paling bijak sebagai warga masyarakat supaya bisa menerima dan menyaring berita.
"Kita harus sadar, Covid-19 ini masih ada di sekitar kita. Kita harus sadar bahwa kenaikan kematian dan kesakitan masih berlangsung di sekitar kita. Maka Covid-19 ini walaupun tidak kasat mata penyebabnya, tapi dia nyata," tegas dr. Hermawan.
Baca juga:
Update 17 Juli: 576 WNA Dirawat karena Terpapar Covid-19
Kemenkes Sebut Hasil Tes PCR di Setiap Laboratorium Bisa Berbeda
Kemenkes Sebut Tenaga Kesehatan akan Vaksinasi Covid Ketiga
Kemenkes Minta Warga Lapor Aparat Jika Temukan Vitamin Palsu
Kemenkes Sebut Ada Kemungkinan Perbedaan Hasil Tes Covid-19 Pembanding
Jokowi Minta Kementerian Lembaga Sosialisasi Prokes ke Warga Terutama Memakai Masker