Kemenkes: Tidak Ada Komersialisasi Obat Penawar Gagal Ginjal Akut
Kemenkes sebelumnya memesan ratusan antidotum untuk Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) Fomepizole dari Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan Australia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan tidak ada komersialisasi dalam pemberian obat penawar atau antidotum gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada anak-anak. Kemenkes sebelumnya memesan ratusan antidotum untuk Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) Fomepizole dari Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan Australia.
"Kami sampaikan tidak ada komersialisasi obat-obatan oleh Kemenkes tetapi semata-mata hanya untuk menyelamatkan anak-anak," kata Juru Bicara Kemenkes M. Syahril dalam keterangan resminya, Kamis (3/11).
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal? Gagal ginjal dapat dicegah dengan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan secara rutin.Pertama, sangat penting untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok dan menghindari alkohol.Selain itu, memantau fungsi ginjal secara teratur melalui tes darah dan urin juga penting untuk memastikan kesehatan ginjal. Kemudian mengontrol tekanan darah dengan menjaga pola makan yang sehat.Berolahraga secara teratur dan menghindari makanan yang tinggi garam juga dapat membantu mencegah gagal ginjal.Selain itu, memperhatikan asupan cairan dengan minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Kapan gejala penyakit ginjal muncul? Gejala penyakit ginjal dapat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti kelelahan dan nyeri punggung, hingga gejala yang lebih serius seperti pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, serta gangguan pada tekanan darah.
-
Apa yang bisa merusak ginjal dari obat pereda nyeri? Obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen ternyata bisa sebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi berlebihan. Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K dari Siloam Hospitals ASRI, mengungkapkan bahwa kebanyakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit memiliki kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. "Semua painkiller, hati-hati, bisa merusak ginjal. Bahasa gampangnya begitu," kata Nur dalam diskusi media 'MengatasiKasusBatu Ginjal yang Sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)' di Jakarta pada Rabu, 5 Juni 2024.
-
Kenapa obat pereda nyeri bisa merusak ginjal? Hal ini bisa terjadi karena banyak painkiller dikeluarkan melewati ginjal, sehingga membuat kerja organ tersebut semakin berat. Walau begitu Nur menjelaskan bahwa terdapat jenis painkiller yang lebih aman untuk ginjal karena metabolisme tidak dilakukan di ginjal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menjaga kesehatan ginjal, Konsumsi Air yang Cukup: Memastikan asupan cairan yang cukup membantu ginjal dalam proses penyaringan limbah dan mencegah dehidrasi. Disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang memadai setiap hari, sekitar 8 gelas atau lebih, tergantung pada kebutuhan dan aktivitas tubuh. Jaga Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang rendah sodium, gula, dan lemak jenuh dapat mengurangi beban kerja ginjal. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta batasi makanan olahan dan tinggi garam. Rutin Berolahraga: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengontrol tekanan darah. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Kontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. Monitor tekanan darah Anda secara rutin dan lakukan tindakan untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang yang sehat, seperti mengurangi konsumsi garam dan rutin berolahraga. Kelola Diabetes dengan Baik: Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan diet, obat-obatan, dan pengawasan medis yang tepat. Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak ginjal secara perlahan. Hindari Penggunaan Obat yang Tidak Perlu: Beberapa obat, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat merusak ginjal jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan dan hindari penggunaan obat yang tidak diperlukan. Periksa Kesehatan Ginjal Secara Berkala: Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti riwayat keluarga atau kondisi medis tertentu, lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin. Tes darah dan urine dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal. Hindari Alkohol dan Rokok: Alkohol dan rokok dapat membahayakan kesehatan ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi. Batasi konsumsi alkohol dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan ginjal Anda. Jaga Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal serta kondisi lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Menjaga berat badan dalam kisaran sehat melalui diet dan olahraga dapat mengurangi risiko tersebut. Perhatikan Kesehatan Saluran Kemih: Hindari penahanan urine terlalu lama dan pastikan untuk buang air kecil secara teratur. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah perkembangan penyakit ginjal.
Syahril juga mengatakan bahwa pemberian Fomepizole sebagai antidotum bukan langkah yang didasari oleh asumsi. Pemberian Fomepizole merupakan rekomendasi dari badan kesehatan dunia atau WHO
"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG, DEG, dan lainnya. Fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi, bukan berdasarkan asumsi-asumsi," tambah Syahril.
Adapun penambahan kasus sejak 18 Oktober, menurut Syahril, disebabkan karena adanya telat pelaporan sehingga temuan tersebut bukan lah kasus yang baru.
"Kita bisa lihat kasus sejak 18 Oktober sudah turun. Kenaikan jumlah kasus karena telatnya pelaporan. Sebagian besar kasus bulan Agustus dan September," kata Syahril.
Kasus Gagal Ginjal Akut
Sebelumnya, Kemenkes mencatat kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia tembus 325 kasus per (1/11). Dia melaporkan, 178 anak di antaranya meninggal dunia.
"Data kemarin yang kita monitor ada 325 kasus gagal ginjal akut di seluruh Indonesia," kata Budi Gunadi, dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/11).
Dia mengungkapkan, penyumbang kasus terbanyak adalah DKI Jakarta. Kemudian disusul oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan Bali.
"Meninggalnya 178 dari 325 sekitar 54 persen. Ini sudah menurun dari kondisi sebelumnya yang sempat mencapai 60 persen," ujar dia.
(mdk/gil)