Kemenristekdikti angkat tangan bila ada mahasiswa gabung ISIS
Menteri Nasir berencana menggandeng BNPT mencegah radikalisme di kampus.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi resah dan khawatir terhadap penyebaran radikalisme di Perguruan Tinggi. Maka dari itu mereka akan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menangkal gerakan radikalisme di kampus.
Disinggung keterlibatan mahasiswa Indonesia dalam gerakan radikal seperti Negara Islam Irak dan Suriah, Nasir menyatakan hal itu harus diserahkan kepada hukum.
"Kalau untuk laporan keterlibatan mahasiswa Indonesia dalam gerakan ISIS, saya belum mendapatkan laporan. Dalam minggu ini, saya baru akan menerima laporannya, kalau benar terlibat serahkan ke hukum," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, kepada wartawan disela-sela kunjungannya ke Solo Techno Park (STP), Selasa (24/3).
Nasir berharap peran Pembantu Rektor III membawahi bidang kemahasiswaan bisa dilakukan secara maksimal. Sebab dia meminta situasi kampus harus tetap terbuka dan menjaga budaya akademis.
"Gerakan radikalisme jangan sampai berkembang di kampus. Kampus itu harus moderat, kadang kegiatan di kampus tidak terkontrol dengan baik," ujar Nasir.
Terkait masalah narkoba, Nasir mengatakan bakal bekerjasama dengan kepolisian. Sedangkan soal pencegahan korupsi, dia bakal mempercayakan hal itu dengan menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lebih lanjut, Nasir mengatakan bentuk kerjasama dengan BNPT mereka akan mengundang Pembantu Rektor III di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
"Ada tiga masalah yang perlu ditangani di kampus, yakni radikalisme, narkoba dan korupsi. Tahun ini akan terlaksana kerjasama dengan BNPT. Saat ini kami masih mengatur jadwal untuk bertemu," sambung Nasir.