'Kepala BIN harusnya tak berasal dari parpol dan berusia muda'
Kepala BIN seharusnya berumur muda sehingga memiliki banyak energi untuk menjalankan tugasnya.
Presiden Jokowi menunjuk Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai calon kepala Badan Intelijen Negara (PIN). Hal itu langsung menuai polemik di kalangan masyarakat luas.
Ada yang setuju, banyak pula yang menolak. Ahli psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan, penunjukan Sutiyoso adalah hal prerogatif presiden.
"Pengangkatan Sutiyoso sebagai Kepala BIN murni hak prerogatif Presiden," katanya di Gado-gado Boplo, Jl Gereja Theresia, Jakarta, Selasa (16/6).
Namun demikian, dia menyayangkan status Sutiyoso yang menjabat sebagai ketua umum PKPI dan usianya sudah menginjak 71 tahun. Menurutnya, kepala BIN seharusnya tak berasal dari partai politik.
Selain itu, kata dia, kepala BIN seharusnya berumur muda sehingga memiliki banyak energi untuk menjalankan tugasnya.
"Adalah hal baru kepala BIN diambil dari partai politik ini bisa jadi memunculkan anggapan bahwa PKPI yang belum mendapat jatah jabatan strategis. Dan lebih bagus juga kalau diambil dari perwira bintang dua di kisaran umur 50 tahun yang masih lebih banyak energinya," ujarnya.
Dia mengatakan, kepala BIN harus netral dan mengabdi untuk negara. Sebab, musuh bukan berasal dari dalam negeri.
"Ditakutkan akan ada polemik dengan parpol lain di luar KIH padahal harusnya BIN juga punya hubungan baik dengan semua elemen baik itu parpol maupun lembaga lainnya," katanya.