Kerja keras Juwariyah bebaskan warga dari cengkeraman rentenir
Juwariyah pun sukses menciptakan obat antihama dan pupuk kompos yang diakui mujarab oleh warga.
Juwariyah bekerja keras dan menyemangati warga di RT 04 RW 04 Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Kota, Kota Kediri, untuk menanam sayuran di pekarangan rumah. Hasilnya, mereka menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) satu-satunya yang ada di Kota Kediri yang juga menjadi KRPL terbaik di Pemprov Jatim dan peringkat terbaik ke-6 Nasional.
Diakui Juwariyah, budidaya tanaman di pekarangan rumah tidak selalu berjalan mulus. Banyak pula tantangan dan hambatan yang harus dihadapi. Selain cuaca yang tidak menentu, ketersediaan air harus cukup. Karena hidup tanaman bergantung pada air. Selain itu nutrisi dari pupuk juga harus terus diberikan, serta obat pembasmi hama yang mujarab.
Persoalan hama memang tidak dapat dianggap enteng. Dua hama, jenis ulat dan cabuk yang sering menjadi persoalan serius bagi mereka. Sebab, apabila tidak segera ditangani, tanaman bisa langsung layu dan mati.
Juwariyah kini telah berhasil menciptakan ramuan obat pembasmi hama organik yang mujarab. Disebut organik, karena bahan bakunya berasal dari tanaman-tanaman itu sendiri, yang diolah dengan takaran tertentu dan proses yang sistematis.
"Bahan-bahannya dari tanaman, mulai dari bawang putih, bawang merah, cabai rawit," kata Juwariyah memaparkan bahan pembuat ramuan obat pembasmi hama organik.
Semua itu dirajang hingga berukuran kecil-kecil. Kemudian dihaluskan dengan mesin blender.
Setelah itu, dimasukkan ke dalam timba plastik dan seduh dengan air. Adonan itu lantas dicampur dengan tembakau. Dan terakhir diaduk dengan sabun cuci.
"Ramuan didiamkan selama dua sampai tiga hari. Setelah itu siap digunakan,” imbuh Juwariyah.
Ramuan obat pembasmi hama organik made in Juwariyah kini telah dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di sekitar rumahnya. Bahkan, ada sebagian tetangga yang telah berusaha membuat sendiri.
"Ide bahan-bahan itu sebenarnya hanya utak-atik saja. Seperti cabai, pikiran saya supaya ulatnya kepedasan. Begitu juga dengan sabu cuci dan tembakau Alhamdulillah, bisa dibilang berhasil. Setelah diberi ramuan itu, ulatnya langsung pergi," kata Juwariyah berbagi pengalamannya.
Seperti halnya ramuan obat pembasmi hama organik, Juwariyah dan tetangganya memanfaatkan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman mereka. Seperti konsep awal tanaman bebas bahan kimia, pupuk yang digunakan juga berasal dari bahan non kimia. Yaitu, pupuk kompos. Baik, berasal dari kotoran ternak, maupun pupuk kompos yang dibuat secara manual dari tanaman-tanaman yang telah layu dan mati.
Tong plastik berwarna hitam dengan pipa kecil-kecil itulah tempat di mana tanaman yang layu diproses menjadi pupuk kompos. Timba ini selalu tersedia di seluruh rumah warga RT 04. Selain berawal dari kesadaran masyarakat, juga berkat peran dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri, melalui Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan (DTRKP) dan Lingkungan Hidup (LH).
"DKLH memberikan bantuan satu unit mesin pencacah sampah. Mesin ini cukup efektif untuk membuat pupuk kompos. Selebihnya, seperti timba-timba dan pipa ini kami beli secara swadaya," jelas Juwariyah. Selain tong plastik, di rumah Juwariyah juga terdapat tiga drum alat pembuat kompos yang lengkap dengan instalasi penyaluran gas metan. Gas yang dihasilkan, dimanfaatkan untuk memasak.
Tidak hanya mengandalkan KRPL, warga di RT 04 ini juga telah memiliki kas RT sejumlah Rp 267 juta yang dikelola dari hasil jimpitan sukarela yang diambil setiap hari oleh relawan yang dikumpulkan dalam waktu satu tahun. Dan mereka menyatakan warga satu RT telah bebas rentenir yang bunganya mencapai 12 persen, sebuah gebrakan bentuk RT Mandiri.
Seluruh masyarakat di RT 04 memiliki hak untuk meminjam uang di koperasi jimpitan tanpa jaminan. Tetapi jumlah pinjaman dibatasi antara Rp 500 ribu hingga Rp 10 juta per orang. Sementara sistem peminjaman dilakukan dua kali dalam setahun dan bergilir. Sehingga, semua masyarakat bisa menikmati. Sedangkan SHU (Sisa Hasil Usaha) koperasi biasa dimanfaatkan untuk kegiatan sosial, seperti acara HUT Kemerdekaan, dan Maulid Nabi.
"Semua diperbolehkan meminjam, dengan syarat bergiliran. Tetapi yang lebih diutamakan apabila untuk orang sakit dan biaya sekolah. Bunganya relatif rendah hanya 6 persen setahun. Sementara SHU-nya kembali untuk masyarakat. Seperti acara HUT Kemerdekaan, diambilkan dari uang kas koperasi," kata Kartasim Ketua RT 04 didampingi Juwariyah yang juga menjadi motor penggerak.