Kesaksian Hasto dan Zainal Tahir soal Samad dipertanyakan
Ada aroma kriminalisasi pimpinan KPK yang amat kental dalam kesaksian itu.
Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans) Saiful Haq menilai, ada yang janggal dari kesaksian politikus NasDem Zainal Tahir dan Plt Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto di hadapan Komisi III kemarin. Menurutnya, ada aroma kriminalisasi pimpinan KPK yang amat kental dalam kesaksian itu.
"Aroma kriminalisasi tidak bisa dihindarkan," jelas Saiful kepada wartawan, Jakarta, (Jumat, 6/2).
Pertama, jelas dia, soal Zainal Tahir yang merasa dirinya terusik karena melihat foto yang diambilnya pada Februari 2007 tersebut beredar di publik. Yang mengherankan adalah, jika dirinya terusik dengan alasan moral untuk menyampaikan kebenaran, mengapa Zainal Tahir tidak mengeluarkan foto tersebut ketika panitia seleksi KPK memberikan kesempatan untuk masyarakat mengajukan sanggahan ketika proses seleksi dilakukan.
"Kenapa baru sekarang Zainal terusik," tegas Saiful Haq mempertanyakan.
Lalu pengakuan Zainal, bahwa dia mengambil gambar tersebut dengan menggunakan kamera Nokia E90 berwarna cokelat yang telah terkelupas lapisan luarnya. Padahal Nokia sendiri baru merilis seri tersebut pada Juli 2007.
Belum lagi jika ditanyakan, bagaimana Zainal bisa tahu bahwa foto yang diambilnya Feburari 2007 tersebut sama persis dengan foto yang kini beredar di publik. Padahal menurut Zainal, Handphone tersebut hilang di Senayan City pada tahun 2012. Sementara dia mengaku bahwa foto tersebut tidak pernah disebarkan sekalipun kepada siapapun.
"Atas dasar terebut, seluruh kesaksian Zainal Tahir, patut untuk dicurigai sebagai upaya kriminalisasi terhadap Abraham Samad," jelas Saiful.
Kedua, tambah dia, mengenai kesaksian Hasto yang membeberkan soal pertemuannya dengan Abraham Samad. Perlu diketahui bahwa komisioner KPK hanya dilarang untuk bertemu dengan pihak yang sedang berkasus.
"Pertemuan pertama Hasto dengan Samad, terjadi di rumah Abraham Samad. Masihkah kita percaya bahwa yang menginisiasi pertemuan tersebut adalah Samad? Jelas kedatangan Hasto untuk merayu Samad menjadi Cawapres Jokowi," tegas Saiful.
Lalu tuduhan bahwa Abraham Samad ingin membarter kasus tertentu agar dapat menjadi Cawapres Jokowi rasanya sangat sulit dipercaya. Ditambah lagi tuduhan bahwa Samad dendam kepada PDIP karena tidak ditunjuk sebagai wapres Jokowi juga berlebihan.
"Bagaimana jika di balik, bahwa PDIP justru panik karena Abraham Samad tidak bersedia membarter kasus tertentu yang berkaitan dengan PDIP, atas dasar itu PDIP mengurungkan niat untuk memasangkan Samad dengan Jokowi. Saya kira motif ini jauh lebih kuat ketimbang Samad yang sakit hati kepada PDIP," pungkasnya.