Ketika Pajajaran dan Siliwangi dijadikan nama jalan di Yogyakarta
kehadiran nama jalan ini akan membawa dampak baik untuk Indonesia. Diakuinya memang selama ini tidak ada jalan yang memiliki nama Hayam Wuruk, Gajah Mada, atau Majapahit di Jawa Barat. Selama ini pun diketahui tidak ada jalan bernama Siliwangi atau Pajajaran di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Etnis Sunda dan Jawa sering diidentikkan dengan ketidakakurannya. Ini tidak terlepas dari dua kerajaan pada abad ke-13 yang sering bertentangan, yakni Pajajaran dan Siliwangi di Sunda serta Majapahit, di Yogyakarta-nya. Terbukti selama ini tidak pernah ada nama jalan kerajaan Sunda di wilayah Jawa, begitu juga sebaliknya.
Tapi di abad 21 ini, khususnya pada Selasa (3/10) sejarah dimulai. Bisa dilihat ketika nama Jalan Pajajaran dan Siliwangi kini membentang di daerah istimewa tersebut. Peresmian jalan tersebut digelar di persimpangan Jalan Jombor, Magelang. Peresmian dihadiri Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil serta Sekda Jatim Akhmad Sukardi.
"Ini adalah anugerah besar kita hadir pada sebuah acara yang digagas Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono keX. Gagasan baik dan membangun sebuah persaudaraan kokoh antara dua suku besar di Indonesia yakni suku Jawa dan Sunda," kata Aher, sapaan akrab Ahmad Heryawan dalam rilis yang diterima merdeka.com.
Dia menyadari, kehadiran nama jalan ini akan membawa dampak baik untuk Indonesia. Diakuinya memang selama ini tidak ada jalan yang memiliki nama Hayam Wuruk, Gajah Mada, atau Majapahit di Jawa Barat. Selama ini pun diketahui tidak ada jalan bernama Siliwangi atau Pajajaran di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
"Jadi kalau dua suku ini sepakat, selesai kesepakatan di Indonesia. Jadi peristiwa masa lalu, itu masa lalu yang dikenang tapi tidak boleh timbulkan persoalan masa kini," tandasnya.
Merunut sejarah, kata dia, permasalahan dua etnis ini memang kerap membawa dampak buruk dalam beberapa abad terakhir. Salah satu yang terjadi yakni ketika pria Sunda tidak boleh menikahi perempuan Jawa. "Ini adalah ganjalan sejarah yang harus diputus," imbuhnya. Perang Pasunda Bubat antara Kerajaan Sunda dengan Majapahit. Perang ini menorehkan luka psikologis kepada masyarakat Sunda. Padahal, kata Aher, walau perang tersebut benar terjadi, bisa saja terjadi pembiasan sejarahnya karena ditulis 170 tahun setelah peristiwa tersebut terjadi.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa kegiatan Atta Halilintar di Yogyakarta? Jadi, aku tuh ada acara, ada undangan di Yogyakarta. Kebetulan aku di Yogya dan di sini terkenal dengan wisata kulinernya, jadi aku yakin Yogya pasti the best buat makanan. Istri pun nitip makanan," pungkas Atta dalam live streaming di YouTubenya.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
-
Kapan Duta pindah ke Yogyakarta? Cerita Masa Kecil Fakta Menarik: Duta, Berusia 3,5 Tahun, Pindah ke Yogyakarta dan Mampu Berbicara Bahasa Jawa dan Indonesia Secara Bersamaan.
-
Apa tugas utama Balai Yasa Yogyakarta? Tugas pokoknya hanya melayani overhaul lokomotif.
"Kemudian muncul politik devide et impera yang digunakan Kolonial Belanda untuk memecah-belah antara Sunda dan Jawa. Cerita ini diajarkan di sekolah-sekolah Belanda di Jabar dan menjadi peristiwa berdampak psikologis bagi suku Sunda. Biar tidak ada keakuran antara Sunda dan Jawa. Padahal kalau ada keakuran, bisa menghasilkan Indonesia yang lebih baik lagi," sebutnya.
Aher mengatakan kini konflik tersembunyi tersebut diputuskan oleh Gubernur DI Yogyakarta yang meresmikan Jalan Pajajaran dan Jalan Siliwangi di Yogyakarta. "Peristiwa-peristiwa di masa lalu itu masa lalu yang bisa dikenang, tapi tidak boleh menimbulkan permusuhan sampai anak cucu kita. Jangan sampai lagi ada permasalahan seperti ini berdampak pada persaudaraan di Indonesia. Kita ingin membuat ikatan yang lebih kuat dengan hubungan kebangsaan," kata Aher.
Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, memiliki harapan supaya suku Jawa dan Sunda sebagai dua suku terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah yang sepertinya tidak selesai ini, bahkan setelah Republik Indonesia lahir, dapat memaafkan sejarah tersebut.
"Sepertinya kedua suku ini mengulang kesalahan yang sama. Membawa masalah sampai sekarang tidak selesai juga, bahkan setelah ada Orde Lama, Orde Baru, bahkan Reformasi. Maka dalam perjalanan bangsa ini, bersama kita lupakan sejarah masa lalu yang penuh kekeliruan tapi perlu dimaafkan," tandasnya.
"Rekonsoliasi cultural ini bisa jadi ajang saling memaafkan. Tapi bisa berikan kesadaran bersama untuk bangun sikap sama membangun masa depan. Harapan saya Nusantara ini bisa terbangun untuk rekonsilisasi masa depan," tambah Sultan.
Awalnya Jalan Arteri yang mengelilingi pusat perkotaan Yogyakarta ini sering disebut dengan nama Ring Road Yogyakarta. Namun melalui Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 166/KEP/2017 tentang Penamaan Jalan Arteri (Ring Road) DIY Yogyakarta, dinyatakan bahwa jalan tersebut dipecah dalam beberapa bagian dan diberi sejumlah nama kerajaan, raja, dan pahlawan.
Jalan Ring Road DI Yogyakarta sendiri merupakan jalan nasional yang dibangun pada 1994 dan mulai digunakan secara keseluruhan pada 2010. Jalan Arteri ini memiliki total panjang 36,73 kilometer. Berdasarkan surat keputusan tersebut, jalan yang awalnya terbagi dalam Jalan Arteri Barat Utara, Arteri Utara, dan Arteri Selatan, ini dipecah jadi enam nama.
Jalan Arteri Utara Barat Ring Road Yogyakarta ini sekarang memiliki nama Jalan Siliwangi, yakni Jalan Arteri dari mulai Simpang Empat Pelemgurih hingga Simpang Empat Jombor, dengan panjang ruas 8,58 kilometer. Sedangkan Jalan Pajajaran merupakan lanjutan dari Jalan Siliwangi, dimulai dari Simpang Empat Jombor hingga Simpang Tiga Maguwoharjo. Jalan yang awalnya bernama Arteri Utara ini pun memiliki panjang ruas 10 kilometer.
Sempat terpotong oleh Jalan Solo, Ring Road pun bersambung dengan Jalan Majapahit yang dimulai dari Simpang Tiga Janti hingga Simpang Empat Jalan Wonosari atau dulunya Jalan Arteri Selatan Subruas I, dengan panjang ruas 3,08 kilometer.
Terusannya adalah Jalan Ahmad Yani menggantikan nama Jalan Arteri Selatan Subruas II, dimulai dari Simpang Empat Jalan Wonosari hingga Simpang Empat Jalan Imogiri Barat dengan panjang ruas 6,5 kilometer. Nama ini diambil dari nama Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, yang merupakan Komandan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Pahlawan Revolusi.
Jalan Ahmad Yani pun bersambung dengan Jalan Prof Dr Wirjono Prodjodikoro, dimulai dari Simpang Empat Jalan Imogiri Barat hingga Simpang Empat Dongkelan dengan panjang ruas 2,73 kilometer. Wirjono Prodjodikoro adalah Ketua Mahkamah Agung periode 1952-1966 dan Wirjono diberi jabatan Menteri Koordinator untuk Kompartimen Hukum dan Dalam Negeri.
Sedangkan Jalan Brawijaya, dimulai dari Simpang Empat Dongkelan hingga Simpang Tiga Gamping dengan panjang ruas 5,84 kilometer. Brawijaya sendiri adalah nama raja-raja terakhir Kerajaan Majapahit, yakni kerajaan yang menguasai Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, pada rentang waktu 1293-1527.
Uniknya, Jalan Brawijaya dan Jalan Siliwangi bertemu setelah dijeda oleh Jalan Wates, sedangkan Jalan Pajajaran dengan Jalan Majapahit dijeda oleh Jalan Solo. Jalan Siliwangi dan Jalan Pajajaran di Yogyakarta ini pun memiliki ruas yang lebih panjang daripada jalan baru lainnya.
Pemberian nama jalan ini ditujukan dalam rangka membangkitkan semangat persatuan bangsa dan mengesampingkan perbedaan suku bahkan sejarah konflik zaman kerajaan.