Ketua DPD: Elektabilitas Capres Bisa Difabrikasi dan Digiring Buzzer
Masyarakat disajikan realita kontestasi yang dibentuk sedemikian rupa. Padahal ada pekerjaan yang lebih besar, lebih penting dan mendesak.
Pemilihan presiden secara langsung telah melahirkan politik kosmetik yang merusak.
Ketua DPD: Elektabilitas Capres Bisa Difabrikasi dan Digiring Buzzer
Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti mendorong untuk menghentikan kontestasi politik yang liberal. Pemilihan presiden secara langsung telah melahirkan politik kosmetik yang merusak.
"Mari kita hentikan kontestasi politik yang semata-mata ingin sukses meraih kekuasaan dengan cara Liberal. Karena telah menjadikan kehidupan bangsa kita kehilangan kehormatan, etika, rasa dan jiwa nasionalisme serta patriotisme. Pemilihan Presiden secara langsung yang kita adopsi begitu saja, telah terbukti melahirkan politik kosmetik yang mahal dan merusak kohesi bangsa," ujarnya dalam pidato sidang tahunan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).Sebab dalam mencari presiden didasarkan pada popularitas yang bisa difabrikasi. Melalui survei elektabilitas calon presiden yang kemudian digiring oleh para buzzer.
- Elektabilitas Anjlok, Pengamat Sarankan Ganjar-Mahfud Gunakan Kampanye Kreatif
- Manuver Elite, Biang Keladi Elektabilitas Partai Koalisi Tak Terdongrak Deklarasi Anies-Cak Imin
- Ketua DPD: Elektabilitas Capres Bisa Difabrikasi dan Digiring Buzzer
- Target Parpol Pendukung Genjot Elektabilitas Ganjar 7 Bulan sebelum Pilpres
"Karena batu uji yang kita jalankan dalam mencari pemimpin nasional adalah popularitas yang bisa di-fabrikasi. Begitu pula dengan elektabilitas yang bisa digiring melalui angka- angka. Lalu disebarluaskan oleh para buzzer di media sosial dengan narasi-narasi saling hujat atau puja-puji buta," ujar La Nyalla.
merdeka.com
Masyarakat disajikan realita kontestasi yang dibentuk sedemikian rupa. Padahal ada pekerjaan yang lebih besar, lebih penting dan mendesak.
Tetapi malah disibukkan hiruk pikuk dan biaya mahal demokrasi ala barat.
"Dan pada akhirnya, rakyat pemilih disodori oleh realita yang dibentuk sedemikian rupa. Indonesia punya pekerjaan yang lebih besar, lebih penting dan lebih mendesak, daripada kita disibukkan oleh hiruk-pikuk dan biaya mahal demokrasi ala barat," tegas La Nyalla.
merdeka.com