Ketum PBNU Desak Gencatan Senjata untuk Menghentikan Konflik di Gaza
"NU sama dengan pemerintah RI menuntut, mendesak gencatan senjata segera," kata Gus Yahya.
- Indonesia Desak Dunia Internasional Dukung Resolusi PBB Untuk Gencatan Senjata Permanen di Gaza
- Menteri Garis Keras Israel Halangi Kesepakatan Gencata Senjata di Gaza
- Geram, Gus Yahya Ungkap Sanksi Bakal Diterima Lima Kader NU Bertemu Presiden Israel
- Konflik Palestina dan Israel, Menlu Retno Minta Eropa Dukung Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Ketum PBNU Desak Gencatan Senjata untuk Menghentikan Konflik di Gaza
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengatakan, NU dan pemerintah pusat menuntut dan mendesak agar konflik yang terjadi di Timur Tengah atau Gaza dilakukan gencatan senjata.
"Konflik di Timur Tengah ini kan kelanjutan dari konflik yang terjadi sejak Oktober 2023 lalu. Makanya NU sama dengan pemerintah RI menuntut, mendesak gencatan senjata segera, mendesak dihentikannya kekerasan segera saat ini juga, itu yang kami sampaikan waktu itu," kata Gus Yahya kepada wartawan di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (18/4).
"Bahkan kami juga NU sudah insiden 7 Oktober itu kami membuat pernyataan, disamping mendesak dihentikan, kami juga meminta PBB segera bertindak, dan kami meminta agar anggota tetap dewan Keamanan PBB tidak menggunakan veto demi membela salah satu pihak," sambungnya.
Menurutnya, apa yang dilakukannya itu merupakan salah satu upaya NU untuk ikut melakukan sesuatu sebagai ekspresi dari concern keprihatinan bersama atas apa yang terjadi di Gaza.
"Nah tapi kita semua tahu bahwa memang pihak-pihak yang kami serukan untuk menghentikan kekerasan, kami serukan untuk bertindak lebih adil demi kebaikan semua pihak masih belum mau mengikuti seruan-seruan itu," ujarnya.
"Amerika misalnya sampai terakhir masih memveto resolusi PBB untuk gencatan senjata di Gaza. Nah, di mana-mana sepanjang sejarah, selalu ini sudah kayak hukum alam, setiap kali terjadi konflik, apa lagi konflik dengan kekerasan, pasti makin lama makin banyak pihak yang terlibat, ini sudah pasti. Ini cuma soal waktu," tambahnya.
Ia menjelaskan, konflik yang terjadi di Gaza ini adanya dua negara yakni Palestina dan Israel yang dijelaskannya menuntut hak yang ada disana.
Akan tetapi, hal itu menjadi berkepanjangan yang akhirnya membuat negara lain seperti Yaman dan Iran disebutnya turut terlibat dengan apa yang terjadi di Gaza.
"Karena ini sudah jadi seperti hukum alam kalau konflik dibiarkan, pasti meluas. Jadi ini bukan syiah atau sunni, ini soal konsekuensi dari konflik yang berkepanjangan itu pasti meluas. Habis ini, kalau tidak segera dihentukan, stop begitu saja, ini yang lain pasti akan ikut-ikutan," jelasnya.
Oleh karenanya, ia ingin agar konflik yang terjadi di Timur Tengah atau Gaza tersebut bisa diberhentikan secepatnya.
"Berhenti dulu sudah baru kita mulai bicara, tapi berhenti dulu konfliknya, itu yang paling penting. Jadi dengan kondisi kemanusiaan yang di luar batas sudah, kesengsaraan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Gaza itu di luar batas yang bisa ditanggungkan oleh kemanusiaan dan ini tanggungjawab moral dari seluruh umat manusia yang tidak boleh diabaikan," pungkasnya.