Kisah AR Baswedan, disuruh sekolah malah masuk kelas kakaknya
Ia menolak disekolahkan hanya karena kemauan orangtua dan bukan kehendak dirinya.
Jiwa berontak Abdul Rahman (AR) Baswedan sudah menonjol saat baru mencicipi bangku sekolah tingkat dasar di Madrasah Alkhairiyah, di tempat tinggalnya, kampung Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Ia lebih memilih menyusul ke sekolah dan masuk ke kelas kakaknya (Ahmad) yang saat itu tengah duduk di tingkat akhir, ketimbang bersama teman satu kelasnya.
Pemberontakan Baswedan bukan tanpa alasan. Ia menolak disekolahkan hanya karena kemauan orangtua dan bukan kehendak dirinya.
Suatu hari pertama masuk sekolah, tanpa diketahui orang tuanya. Baswedan diam-diam malah pergi ke sekolah dan masuk kelas kakaknya. Munculnya seorang Baswedan yang saat itu berusia lima tahun membuat suasana kelas ricuh.
Guru dan teman-teman kakaknya dibuat bengong terkecuali Ahmad yang dibuat tercengang ketika adiknya menghampirinya dengan berkata, "Saya mau sekolah."
Kisah ini diceritakan pada Bab tiga halaman 31-32 buku Biografi AR Baswedan, 'Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan' karya Suratmin dan Didi Kwartanada, terbitan Kompas, dikutip merdeka.com, Minggu (28/9).
Usai pulang sekolah, Ahmad menceritakan peristiwa itu kepada orang tuanya. Baswedan pun mendapat nasihat. Namun bukannya kapok, setiap harinya ia malah tetap masuk dan mengikuti pelajaran dengan kakaknya lagi.
"Ia tetap bersikeras hati ikut kakaknya."