Kisah Gadis Disabilitas Asal Kupang Bawa Timnas Futsal Putri RI Juara 3 di Thailand
Kekurangan dalam diri kadang membuat seseorang minder untuk bergaul dan berkembang, bahkan cenderung menutup diri untuk dunia luar. Namun itu berlaku dalam diri Zarah Zafira (19), gadis disabilitas asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kekurangan dalam diri kadang membuat seseorang minder untuk bergaul dan berkembang, bahkan cenderung menutup diri untuk dunia luar. Namun itu berlaku dalam diri Zarah Zafira (19), gadis disabilitas asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Zasa, panggilan akrabnya, yang terlahir dengan kekurangan pada indera penting dalam dirinya, justru membuat Zasa tumbuh dan menjadi kebanggaan bagi Ipda Bambang Mardianto dan Sarah Rinawati.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Siapa yang membantu semut kecil dalam membawa gula dalam cerita inspiratif keempat? Tiba-tiba, semut itu melihat beberapa semut lain yang sedang beristirahat di dekatnya. Ia pun menghampiri mereka dan meminta bantuan. Tanpa ragu, semut-semut lain itu segera membantu semut kecil tersebut.
-
Apa saja contoh cerita humor kocak yang bikin ngakak? Melansir dari beragam sumber, Jumat (7/7) berikut adalah kumpulan cerita humor yang bikin tertawa ngakak hingga guling-guling.
-
Kapan seseorang membutuhkan dorongan dan semangat dari kata-kata inspiratif? Dalam kehidupan yang sering kali penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, kata-kata inspiratif dapat menjadi sumber motivasi yang diperlukan untuk menjaga semangat tinggi dan melihat peluang dalam setiap kesulitan.
Zasa dilahirkan normal seperti bayi pada umumnya. Namun saat berusia tiga tahun Zasa cenderung cuek dan apatis, bahkan emosian saat diajak berinteraksi.
Ipda Bambang Mardianto dan Sarah Rinawatimenyadari kalau anak mereka mempunyai kekurangan yakni, menyandang tuna rungu dan wicara.
Ipda Bambang dan Sarah tidak berdiam diri menerima kenyataan. Mereka mencari jalan dengan membawa Zasa berkeliling mencari pengobatan tradisional, pengobatan alternatif, bahkan sampai membawa ke pendeta untuk didoakan.
Mereka berdua tidak berpikir lagi soal kepercayaan. Yang mereka inginkan saat itu adalah kesembuhan Zasa. Semua usaha belum menunjukkan hasil positif. Usia Zasa beranjak empat tahun, Ipda Bambang mulai mencari jalan lain berupaya menyembuhkan anak gadisnya.
Ipda Bambang yang bertugas di Direktorat Polairud Polda NTT itu, mulai sering izin meninggalkan tugas demi membawa anaknya mencari pengobatan di Bali dan Jawa.
Tertarik cerita viral tentang bocah Ponari, Ipda Bambang menggendong Zasa untuk mengantre mendapatkan pengobatan, dengan batu ajaib yang dicelupkan ke air.
Ipda Bambang bahkan ke Ustad MT Haryono di Yogyakarta dan rela antre berminggu-minggu pengobatan Saza. Ipda Bambang juga pernah membawa anak gadisnya ke kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Mapolda NTT, untuk didoakan oleh pendeta Gilbert Lumoindong.
"Saya memang Muslim tapi saya coba membawa ke acara KKR dengan harapan bisa didoakan dan anak saya bisa sembuh," cerita Ipda Bambang, Selasa (3/8) didampingi anaknya.
Bambang baru menerima jika anaknya menderita tuna rungu dan wicara, setelah mendapat penjelasan saat Zasa dibawa berobat ke dokter Hembing, selama satu bulan.
Bambang dan Sarah akhirnya pasrah dan ikhlas menerima kondisi anak mereka sebagai takdir. Mereka pun tak lelah mendampingi anak gadis mereka untuk diajari dan dirawat.
Zasa tumbuh menjadi gadis yang sangat aktif dan bisa dikategorikan hiper saat beraktivitas. Bambang kemudian mengikutsertakan Zasa ke berbagai kegiatan olahraga untuk menyalurkan energi Zasa. "Awalnya Zasa bawaannya emosional dan seperti anak yang super aktif makanya kami siasati dengan mengikutkan Zasa ke berbagai kegiatan olahraga," ujar Bambang.
Zasa pun mulai aktif di kegiatan renang, kempo, bulutangkis dan kegiatan olahraga lainnya. Setelah dirasa bisa menguasai emosi, Zasa pun disekolahkan di sekolah umum, yakni SD St. Maria Assumpta Kota Kupang.
Namun jenjang SMP dan SMA dijalani di sekolah luar biasa (SLB) Kasih Kupang. Selama menjadi siswi SLB Kupang, Zasa menjadi atlet yang sering ikut kejuaraan.
Ia pernah juara tingkat lokal bahkan nasional pertandingan bulutangkis, dan sejumlah kejuaraan lain di berbagai cabang olahraga.
©2021 Merdeka.com/ananias petrus
Tamat dari SLB Kasih Kupang, Ipda Bambang melanjutkan terapi bagi Zasa. Zasa pun dikirim ke Jakarta. Selama tiga tahun, Zasa menjalani terapi dan latihan di sebuah lembaga milik Departemen Sosial RI.
"Walaupun mahal, biaya sekolah dan penginapan bukan menjadi alasan, asalkan Zasa bisa normal. Terbukti Zasa sudah bisa lancar berkomunikasi dan sudah tidak tergantung pada alat bantu dengar yang selama ini dipakai," kata Ipda Bambang.
Menjalani terapi di Jakarta membawa berkah tersendiri bagi Zasa. Dari sebuah club futsal penyandang disabilitas, Zasa terpilih masuk dalam timnas Indonesia.
Tidak hanya bergabung, Zasa terpilih sebagai kapten tim saat membela Indonesia dalam ajang 3rd Asia pacific Deaf Futsal Championship 2019 di Bangkok, Thailand.
Dalam kejuaraan futsal tuli Asia Pasific yang diikuti puluhan negara 15-24 Februari itu, Zasa berhasil membawa tim Indonesia juara ke tiga setelah Jepang dan Thailand.
Sesuai ketentuan panitia, juara satu hingga tiga akan mengikuti World Deaf Futsal Championship di Swiss bulan November 2019. Tapi karena berbagai kendala dan pandemi Covid-19 sehingga urung digelar.
Cerita memilukan, pulang dari kejuaraan di Thailand, Zasa tidak kebagian bonus dari Pemprov DKI Jakarta dengan alasan dari 14 anggota tim futsal tersebut, hanya Zasa yang tidak ber KTP Jakarta. Sehingga bonus hanya diberikan kepada atlet yang ber KTP Jakarta.
"Saya bangga bisa bertanding di tingkat internasional bersama tim futsal putri Indonesia walau dengan persiapan minim tapi kami bisa juara III," ujar Zasa didampingi Ipda Bambang.
Zasa juga mengaku, dia mengikuti ajang bergengsi itu hanya kebetulan karena ia sedang menjalani pendidikan dan latihan di Jakarta, lalu terpilih menjadi kapten tim asal Jakarta yang mewakili Indonesia ke kejuaraan tingkat Asia Pasifik ini.
Zasa masih berharap agar jadwal kejuaraan dunia tetap digelar, karena ia ingin membuktikan kemampuannya memberi yang terbaik bagi bangsa dan negara, walau tergolong sebagai anak berkebutuhan khusus.
"Ke Jakarta awalnya untuk terapi dan berobat tapi ternyata terpilih menjadi anggota bahkan kapten tim untuk kejuaraan di Thailand," ujar Zasa.
Walau belum ada kepastian jadwal pertandingan tingkat dunia, Zasa dan teman yang berkebutuhan khusus hingga kini masih giat berlatih futsal.
Saat ini Zasa masih berada di Kupang karena terkendala pemberlakuan PPKM. Namun pekan depan Zasa akan kembali ke Jakarta untuk melanjutkan latihan bersama timnya.
Zasa pun tertekad akan terus berlatih dan memberikan prestasi yang terbaik buat negara. "Saya akan buktikan kalau kami bisa memberikan yang terbaik," tegas Zasa.
Sementara Ipda Bambang dan istrinya menyatakan bangga dengan prestasi anak gadis mereka. "Anak berkebutuhan khusus memang susah ditangani namun kalau ditangani dengan baik, maka akan menjadi anak yang berprestasi. Kita harus sabar menghadapi mereka," tutup Bambang.
Baca juga:
Kini Sukses jadi Komika, Dani Aditya Kenang Masa Kecil Pernah Disuruh Mengemis
Aksi Skateboarder Tunanetra dari Jepang
Pandemi Tak Jadi Alasan Difabel Kudus untuk Tetap Berbagi di Tengah Keterbatasan
Perajin Bambu Disabilitas Bangkit dari Badai Pandemi Covid-19
Viral Momen Keluarga Bahagia Main Gelas Plastik Bekas di Atas Kursi Roda
Intip Produksi Alquran Braille di Taman Tunanetra Tangsel