Kisah haru sejoli terpaksa menikah di lokasi pengungsian karena erupsi Gunung Agung
Sejoli ini sudah lama menjalin kasih, jauh sebelum sama-sama berada di pengungsian. Sejak jauh hari mereka telah menentukan tanggal dan bulan pernikahan. Namun apa dikata, alam berkehendak lain mereka harus melangsungkan pernikahan jauh dari kampung halamannya di Dusun Lusuh Kangin, Pering Sari, Selat, Karangasem.
Sejak beberapa hari terakhir warga pengungsi Gunung Agung di wilayah Taman Gianyar bergotong royong membuat sarana upacara adat.
Semula disangka, kegiatan ini hanya untuk mengisi waktu luang dengan membuat sarana persembahyangan. Namun ternyata di posko pengungsian, ada dua sejoli yang juga warga pengungsi akan melangsungkan pernikahan dengan mengambil lokasi di Taman Prakerti Bhuana, Beng, kabupaten Gianyar, Bali.
-
Kenapa ucapan pernikahan penting? Tak sekedar mengikat janji suci, kedua pasangan juga akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan orang terdekat mereka.
-
Bagaimana pernikahan tersebut dilakukan? Pernikahan tersebut selayaknya yang terungkap dalam video singkat unggahan akun Instagram @undercover.id beberapa waktu lalu. Video berdurasi pendek itu menampilkan momen sakral saat kedua mempelai tengah menjalani proses akad nikah. Diketahui, pernikahan tersebut berhasil digelar melalui jalur pendekatan taaruf dari kedua belah pihak.
-
Apa yang unik dari pernikahan ini? Momen yang ditunggu akhirnya tiba, setelah keduanya merasa cocok maka hubungan dilanjutkan ke tahap pernikahan. Namun momen unik mewarnai pernikahan mereka karena saat ijab kabul, Mirza menggunakan bahasa Inggris secara penuh.
-
Kapan Diah Permatasari dan suaminya menikah? Mereka mengucapkan janji suci pada tanggal 5 April 1997. Kini, mereka telah menikah selama 24 tahun dan diberkati dengan kedua anak mereka.
-
Kenapa akta nikah itu penting? Hingga kini, banyak masyarakat yang mengabaikan pentingnya akta perkawinan. Padahal, akta perkawinan memiliki banyak manfaat untuk pernikahan. Dengan adanya akta nikah, negara turut mengakui adanya pernikahan. Hal ini dapat mencegah fitnah serta memberikan posisi yang pasti bagi suami dan istri di hadapan hukum. Akta nikah juga sangat penting untuk mengurus dokumen, dan menegaskan status anak serta tidak ada pihak yang dirugikan apabila terjadi perceraian.
-
Apa inti dari pesan romantis yang disampaikan dalam kutipan "Pernikahan bagaikan mosaik yang kita buat dengan pasangan kita, jutaan momen kecil yang menjadi kisah cinta.”? Pernikahan seperti mosaik yang kita buat dengan pasangan kita, jutaan momen kecil yang menjadi kisah cinta.
Prosesi pernikahan sudah dilangsungkan sejak Rabu pagi. Guyuran abu vulkanik ditambah rintik hujan tak menjadi halangan cinta mereka untuk berlanjut ke pelaminan.
Rasa sedih dan bahagia terpancar dari wajah pasangan pengantin. Selain keluarga, seluruh warga yang ada di tenda pengungsian ikut merasakan haru saat prosesi upacara Pawiwahan (pernikahan) dimulai. Mereka menitikjan air mata.
Bisik-bisik warga yang menyaksikan pernikahan itu, sejoli ini sudah lama menjalin kasih, jauh sebelum sama-sama berada di pengungsian. Sejak jauh hari mereka telah menentukan tanggal dan bulan pernikahan.
Namun apa dikata, alam berkehendak lain mereka harus melangsungkan pernikahan jauh dari kampung halamannya di Dusun Lusuh Kangin, Pering Sari, Selat, Karangasem.
"Mereka berdua dari satu desa. Sebelum mengungsi sudah rencanakan pernikahan pada hari ini, tetapi tidak menyangka kalau rencana pernikahan harus pindah tempat di pengungsian. Mau bagaimana lagi, desa kami masuk kawasan rawan dari Gunung Agung," terang Bu Nengah, kerabat mempelai, Rabu (20/12).
Lanjut Nengah, selama status awas Gunung Agung, mempelai laki-laki, I Putu Agus Wirawan (28) bersama keluarganya mengungsi secara mandiri di Denpasar.
Sementara mempelai wanita Ni Made Ayu Sripatni (25) ada di pengungsian. Syukurnya Taman Prakerti Bhuana di Kelurahan Beng, Gianyar memang dikonsep untuk membantu umat yang memiliki kendala dalam melaksanakan upacara adat terlebih bagi para pengungsi, sehingga tak menghilangkan momen sakral sebuah pernikahan.
Kedua mempelai merogoh saku Rp 15 juta untuk melangsungkan pesta pernikahan ini. Dengan biaya itu, mempelai bersyukur sudah mendapatkan hidangan dan tempat sekelas hotel berbintang untuk 100 orang tamu undangan.
Mempelai perempuan, Ni Made Ayu mengaku tidak keberatan harus menikah bukan di desanya. Sebab selain berada di kawasan aman bencana, ritual pernikahan juga tidak mengubah pemaknaan ritual.
"Jika dipaksakan upacara di kampung, pasti biaya lebih besar. Belum lagi, desa saya berstatus KRB II yang sangat beresiko sekali," terangnya.
Pengelola Taman Prakerti Bhuana, Ida Bagus Adi Supartha, menyebut tempat yang dibangunnya itu memang bertujuan untuk membantu umat agar dapat melaksanakan upacara secara praktis dan ekonomis tanpa mengurangi pemaknaan.
"Pada upacara pernikahan ini, perwakilan warga desa, pengurus adat, aparatur desa serta pemangku adat dari desa mempelai, turut hadir menyaksikan. Jadi ikatan perkawinan ini sah secara adat dan hukum," tegasnya.
Baca juga:
Tragis, ilmuwan terkenal Lebanon ini jadi gelandangan di masa tua
Kisah Nenek Marsiyatim kembali bertemu anak usai 50 tahun lebih berpisah
Kisah haru ibu & anak, 35 tahun terpisah tanpa kabar tak disangka bertemu lagi
Dari jalanan hingga ke bangku kuliah, kisah pengemis ini bikin haru
Video: Kisah haru anak Ismail Marzuki kini dagang Es
Kisah haru nenek 104 tahun melihat laut pertama kali
Kisah haru atlet Suriah berlatih di tempat seadanya