Kisah kakek 90 tahun dapat 3 istri saat Gunung Agung meletus
Kendati jalannya membungkuk, namun kesedihan di pengungsian tak begitu nampak di raut wajah Nyoman Geden (90), warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat Duda, Karangasem, Bali. Baginya, letusan Gunung Agung membawa berkah.
Kendati jalannya membungkuk, namun kesedihan di pengungsian tak begitu nampak di raut wajah Nyoman Geden (90), warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat Duda, Karangasem, Bali.
Ditemui di antara tenda pengungsian di GOR Suwecapura Klungkung, kakek ini terlihat berjalan-jalan di atas rerumputan area luar gedung tanpa alas kaki.
Saat disapa, dia mengaku sedang menyaksikan kumpi (buyut) sedang bermain. Dia juga mengaku senang dengan segala perhatian pemerintah di Klungkung kepada para pengungsi.
Menariknya, kakek ini mengaku peristiwa Gunung Agung dirasakannya sudah dua kali selama hidupnya. Kata dia, saat gunung Agung meletus tahun 1963, dia diungsikan ke Gerogak, Buleleng.
Bahkan letusan gunung Agung yang terjadi dalam rentan 1 tahun membuatnya harus tinggal di Buleleng selama 4 tahun.
"Sewaktu gunung meletus dulu mengungsi 4 tahun. Sampai sempat bekerja sebagai buruh," kata Nyoman.
Diceritakannya saat itu umurnya berusia hampir 40 tahun dan sudah beristri, serta punya dua anak. Tetapi selama erupsi Gunung Agung justru membuatnya dapat jodoh lagi di pengungsian.
"Sewaktu ngungsi dulu dapat istri lagi. Jadi dua saya punya istri waktu itu," ungkapnya yang menyebut nama beberapa anaknya hingga lupa.
Selama tinggal di lokasi pengungsian, dia sudah dikaruniai tujuh anak. Saat pulang ke Karangasem, dia kembali menikah dan dikaruniai tiga anak.
"Karena Gunung Agung saya dapat istri tiga. Saya sudah jadi kumpi sekarang, punya kumpi dua. Kalau cucu saya lupa ada berapa sebelas atau 10 ya," ceritanya yang mengaku ketiga istrinya masih tinggal bersama.
Nyoman tertawa saat ditanya kemungkinan bakal kembali menikah. Dia mengatakan sudah tidak punya energi lagi.
"Sudah tua sudah tidak kuat. Juga tidak punya apa-apa, tidak bekerja. Tidak bisa nikah lagi," akunya.