Kisah nenek penjual lontong banting tulang ingin menantunya sembuh
Rukiah ingin bisa membantu biaya pengobatan menantunya yang divonis dokter alami pembengkakan jantung.
Di usianya yang menginjak 70 tahun, Rukiah tampak semangat membuat dan menjual lontong berkulit daun pisang. Setiap hari, Ia harus berkeliling menjajakan dagangannya itu.
Selain untuk menyambung hidup, Ia memiliki tujuan mulia dari hasil jualan dagangannya itu. Rukiah ingin bisa membantu biaya pengobatan menantunya yang divonis dokter alami pembengkakan jantung.
"Saya sudah terbiasa hidup melarat sejak kecil. Tapi saya tetap bersyukur karena selalu diberi rejeki oleh Allah, meskipun hanya cukup untuk makan sehari-hari," ujar Rukiah, Sabtu (7/5).
Wanita renta yang tinggal di sebuah gubuk di Banjar Tangi, Desa Tegalbadeng Timur, Kecamatan Negara, Jembrana Bali ini sudah setahun harus beraktivitas dari pagi hingga malam hari.
"Tidurnya ya malam pulang dari jualan lontong. Pagi sudah buat lontong, terus keliling lagi. Sampai sore pulang buat lontong untuk dijual malam," akuinya.
Ia terpaksa menjual lontong dan menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya Bakri (80), tidak bisa bekerja lantaran sakit-sakitan serta matanya sudah rabun. Belum lagi harus merawat Ilhamiah (35), menantunya yang sedang sakit keras karena pembengkakan jantung tersebut.
"Saya begini baru setahun, dulunya jualan lontong juga tetapi hanya sampai sore," ungkapnya.
Kata dia, penghasilannya dari menjual lontong tiap harinya antara Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu. Dengan pendapatan yang minim itu, Ia hanya mampu untuk membeli beras dan lauk sederhana. Tapi terkadang tidak cukup lantaran lontongnya tidak habis terjual.
"Jika lontongnya tidak habis, terpaksa kami semua makan lontong karena tidak bisa beli beras," katanya lirih.
Beberapa bulan lalu, sebelum menantunya sakit pembengkakan jantung, dia berjualan selalu dibantu oleh Ilhamiah. Tapi, sejak Ilhamiah sakit dirinya terpaksa berjualan sendiri.
"Kadang kalau saya dapat jualan lontong lebih, bisa saya belikan obat untuk menantu saya. Kasihan dia umurnya masih muda sudah sakit keras dan ditinggal pergi anak saya (suaminya)," kenangnya.