Kisah Putri Pekerja Pabrik Sawit Jadi Paskibraka di Istana Negara
Tidak pernah terbayangkan di benak Heri saat anaknya menjadi pengibar sangsaka merah putih di Istana Negara. Putri cantiknya yang masih berusia 16 tahun terpilih sebagai salah satu Paskibraka di hadapan Presiden Joko Widodo.
Tidak pernah terbayangkan di benak Heri saat anaknya menjadi pengibar sangsaka merah putih di Istana Negara. Putri cantiknya yang masih berusia 16 tahun terpilih sebagai salah satu Paskibraka di hadapan Presiden Joko Widodo.
Rasa bangga, haru, bahagia, bercampur aduk dalam sukacita kala melihat putri tercintanya menjadi 1 dari 68 anggota pasukan pengibar bendera pusaka di Istana Negara, Selasa (17/8).
-
Apa isi dari puisi-puisi 17 Agustus pendek? Puisi pendek tentang 17 Agustus mampu mencerminkan perasaan kebanggaan dan cinta tanah air yang dapat Anda lantunkan pada saaat momen kemerdekaan ini. Dengan menggunakan kata-kata sederhana namun bermakna, puisi-puisi ini berhasil menangkap esensi dari perjuangan, pengorbanan, dan kebebasan.
-
Kenapa pamflet lomba 17 Agustus penting? Keberadaan pamflet lomba sangat penting untuk menyebarkan informasi, sekaligus mengundang minat warga masyarakat agar terlibat di dalamnya.
-
Kenapa puisi 17 Agustus penting? Selain sebagai bentuk perayaan, puisi-puisi 17 Agustus juga berfungsi sebagai pengingat akan tanggung jawab kita untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
-
Apa tujuan utama dari kata sambutan ketua panitia 17 Agustus? Selain mengucapkan rasa terima kasih kepada anggota panitia dan warga yang terlibat, kata sambutan 17 Agustus biasanya juga berisi tentang tujuan kegiatan HUT Kemerdekaan.
-
Apa tujuan dari caption 17 Agustus Bahasa Inggris? Menulis caption yang tepat tidak hanya membantu menyebarluaskan semangat kemerdekaan, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan cinta tanah air di antara para pengguna media sosial.
-
Kapan Ayu Ting Ting merayakan 17 Agustus? Pada tanggal 14 Agustus yang lalu, diketahui bahwa Ayu Ting Ting turut meramaikan perayaan 17 Agustus di daerahnya.
Dia bernama Dwita Okta Amelia Herdian. Gadis 16 tahun tersebut adalah putri pasangan Heri (51) dan Nurdiana Ritonga (44). Keduanya merupakan karyawan Perkebunan Sawit Nusantara V, unit kebun Sei Intan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Tepat hari ini, 17 Agustus 2021, Dwita menjadi pusat perhatian jutaan pasang mata. Menjadi pasukan pengibar sang saka merah putih di Istana Negara. Hijab yang melekat di kepalanya menambah aura yang rupawan.
Sang ayah yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) perusahaan BUMN itu mengaku tak pernah menyangka, Dwita bakal menjadi perwakilan Provinsi Riau untuk ambil bagian dalam momen bersejarah tersebut.
Meski Dwita berasal dari SMA Negeri I Kunto Darussalam, sebuah sekolah yang jauh dari kebisingan kota, namun mampu mengalahkan ratusan peserta sekolah favorit nan unggulan.
"Tentunya senang, bangga, semua saya rasakan. Teman-teman kerja juga memberikan doa. Saya memang tidak pernah membayangkan dia akan berada di sana. Berdiri mengibarkan bendera di Istana Negara," kata Heri.
Heri bercerita, selama ini putrinya jarang keluar rumah jika pulang dari sekolah. Dia rajin belajar di rumah hingga membuatnya menjadi siswa berprestasi. Dwita anak melahap semua pelajaran dan ekstrakurikuler di sekolahnya dengan mantab.
Dwita memang bercita-cita menjadi anggota Polri. Dia pun giat menelan semua ilmu untuk menambah wawasannya. Perjalanan dia hingga menjadi anggota Paskibaraka di Istana Negara juga tak mudah. Siapa tahu ini merupakan awal perjalanan dia untuk menjadi andi negara.
"Dia bilang ke saya, meminta doa saya dan ibunya untuk ikut seleksi Paskibraka. Dia ingin sekali menjadi bagian pengibar bendera di Jakarta," ujarnya.
Perjalanan panjang Dwita hingga ke Jakarta diawali dari tingkat paling bawah, tingkat kecamatan. Satu persatu tahapan di jalani dengan tekun dan doa. Hingga akhirnya, nama siswa Kelas Xl MIPA 1 itu muncul untuk lanjut ke tahapan seleksi kabupaten.
Bukan sedikit, ada ratusan siswa yang mengikuti seleksi itu. Awalnya, dia terpilih untuk lanjut seleksi tingkat provinsi di Kota Pekanbaru. Dia kembali berjuang dengan ratusan pelajar terbaik di Riau.
Meski khawatir dengan kondisi pandemi Covid-19 di Pekanbaru, Heri tetap ikhlas melepas putri kesayangannya dari desa ke kota. Hanya doa yang dapat diberikannya.
Seleksi di Kota Pekanbaru berlangsung selama empat hari, sejak 19 Mei hingga 22 Mei 2021. Di hari terakhir, telponnya berdering. Terdengar isak tangis nun jauh di ujung telpon. Akhirnya, doa ayah dan ibunya mengantarkan Dwita untuk menjadi pasukan pengibar merah putih di Istana Negara.
Heri sempat tidak percaya. Namun kabar dari anaknya itulah kenyataan yang sebenarnya. Ibu dan ayahnya menbuat Dwita senantiasa semangat dalam usaha yang tak kenal lelah.
"Saya bangga sekali. Teman-teman di tempat kerja juga begitu bangga. Ada anak kebun yang berhasil lolos ke tingkat nasional," kenang Heri.
Anak kebun adalah istilah yang akrab disematkan kepada para anak karyawan PTPN V. Dukungan perusahaan di tempat Heri bekerja bagi pengembangan prestasi anak-anak karyawan perusahaan sangat besar. Dia tak akan melupakan kebijakan PTPN V yang memperhatikan pendidikan anak-anak karyawan dan masyarakat di sekitar perkebunan.
"Jika saya bukan karyawan PTPN V, mungkin tidak akan pernah melihat Dwita berada di sana. Saya tidak berhenti bersyukur atas semua ini," ujarnya.
Heri terharu, Nurdiana bahagia, seluruh karyawan dan manajemen PTPN V juga tak kalah bahagia atas prestasi Dwita yang mengharumkan nama perusahaan dan desanya.
Tak hanya Heri, putrinya Dwita juga jauh sangat bahagia bisa membuat kedua orang tuanya bangga. Dwita mengatakan menjadi sebuah kehormatan bagi dirinya menjadi Paskibraka di Istana Negara. Di mata Dwita, Paskibraka bukan hanya sekedar mengibarkan bendera, tetapi tentang disiplin, fisik, pengetahuan, dan mental.
"Dengan terpilihnya saya menjadi perwakilan Riau, berarti saya diberi tanggung jawab dari para Ibu dan Bapak di Dinas Pemuda dan Olahraga, Kakak pelatih serta yang bersangkutan untuk menjadi perwakilan Riau," tutur Dwita sebelum terbang ke Jakarta, akhir Juli 2021 lalu.
Bahkan, Gubernur Riau, Syamsuar berharap Dwita dan Hervy Shendyka, sepasang putra putri terbaik yang mewakili Riau ke istana negara itu dapat membanggakan kedua orang tua, membawa nama baik daerah, serta menambah wawasan mereka.
"Yang terpenting ikhtiar, tetap jaga kesehatan, selalu jaga kekompakan, dan juga jaga nama baik daerah. Semoga sehat selalu, ibadah jangan lupa, tiba waktunya sholat, sholat," ujar Syamsuar.
Baca juga:
Tim Indonesia Tumbuh akan Turunkan Bendera Merah Putih di Istana Merdeka
Tim Indonesia Tangguh Jadi Pengibar Bendera Merah Putih di Istana Merdeka
Saat Acara Pengukuhan, Pelatih Curi HP Anggota Paskibra SMA di Gowa
Cucu Eks Kapolri Pernah jadi Paskibraka di Istana, Ini Potret Ganteng Saat Berseragam
Perjuangan Qyara Masuk Paskibraka Nasional: Terjatuh Hingga Sepatu Jebol Saat Seleksi