Kisah Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah yang sudah Berlangsung 200 Tahun
Besaran manfaat yang diterima setiap jemaah haji asal Aceh di tahun ini sebesar 1.500 riyal.
Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah, Arab Saudi, telah berusia 200 tahun. Awalnya wakaf kecil, namun seiring waktu, wakaf tersebut terus berkembang dan menjadi wakaf produktif berupa tanah, penginapan dan unit usaha lain di Tanah Suci.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menilai, pengelolaan wakaf Habib Bugak Asyi sangat tepat dan amanah. Bahkan manajemen pengelolaan sangat baik, sehingga manfaatnya hingga saat ini dapat dirasakan jemaah haji asal Aceh.
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Apa itu haji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
-
Mengapa jumlah jemaah haji yang meninggal tahun 2023 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya? Jumlah jemaah haji yang meninggal pada tahun 2023 ini jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Solo menyebutkan jumlah jemaah haji asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meninggal dunia dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2023 cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.
-
Kapan jemaah haji melempar jumrah? Prosesi ini dilakukan pada hari-hari tertentu dalam perjalanan haji.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
"Nazir Wakaf Habib Bugak Asyi ini sangat amanah dalam mengelola berbagai aset dari wakaf ini, sehingga kompensasi dari manfaat aset wakaf itu diterima manfaatnya seluruh jemaah haji Aceh setiap tahunnya," ujar Direktur Bina Haji, Ditjen PHU, Kementerian Agama, Arsad Hidayat, di Makkah, Kamis (22/6).
Besaran manfaat yang diterima setiap jemaah haji asal Aceh di tahun ini sebesar SR1.500 atau Rp6.000.000. Tahun ini, wakaf Habib Bugak Asyi diberikan untuk 4.343 jemaah, belum termasuk petugas kloter dan petugas non-kloter.
Diharapkan, wakaf yang diterima tersebut benar-benar dimanfaatkan dengan baik dan bermanfaat, seperti membayar dam jemaah dan menyembelih kurban serta lain-lain.
"Amanah ini terus dijaga betul-betul, sehingga manfaatnya dapat diambil jemaah haji asal Aceh setiap tahun," kata Arsad.
Dalam pandangan Arsad, Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah tersebut dapat menjadi contoh untuk daerah lain yang memiliki niat yang sama, sehingga ke depan masyarakat dari daerah itu dapat menerima manfaat sebagaimana yang dirasakan jemaah Aceh saat ini.
Keseriusan pengelolaan wakaf Habib Bugak Asyi patut dijadikan teladan dalam pengembangan dan menjaga harta wakaf di tanah air.
"Kita bersyukur proses penyerahan dana dari wakaf Habib Bugak ini telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan mekanisme yang ada, mulai dari kloter pertama sampai kloter terakhir hari ini," kata Arsad.
Dalam kesempatan itu, Arsad Hidayat juga berpesan jemaah menjaga kesehatan dan menyimpan tenaga untuk menghadapi puncak haji.
"Musim haji tahun ini sangat menantang, seperti cuaca panas melebihi 40 derajat celcius. Bahkan 30 persen jemaah Indonesia tergolong lansia, jadi ini menjadi PR kita bersama di Armina nanti," timpa Arsad Hidayat.
Dalam penyerahan wakaf Habib Bugak Asyi itu tampak hadir sejumlah ulama dari Aceh, seperti Pimpinan Dayah MUDI MESRA Bireuen, Tgk H Hasanoel Basri HG (Abu Mudi) dan Tgk H Nuruzzahri Yahya (Waled Nu). Beberapa tokoh Aceh juga terlihat seperti H Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem.
Sejarah Wakaf
Pengelolaan wakaf Habib Bugak Asyi kini dimandatkan kepada Syaikh Abdul Latief Baltou oleh Kerajaan Arab Saudi. Syaikh Abdul Latief menjadi nazir wakaf, sejak 15 tahun yang lalu.
Dia menceritakan, asal muasal wakaf Habib Bugak Asyi yang usianya telah mencapai 200 tahun lebih. Dulu, wakaf itu nilainya kecil, namun seiring dengan perjalanan waktu kini telah berkembang dan menjadi wakaf produktif.
"Insya Allah amanah ini akan terus dijaga dan dikembangkan, sehingga hasilnya nanti dapat dinikmati sampai kiamat," ujarnya, didampingi Penghubung Wakaf Habib Bugak dari Aceh, H Jamaluddin Affan, di Kantor Baitul Asyi di Aziziyah, Makkah, Arab Saudi.
Dia menambahkan, setiap tahun aset dari wakaf tersebut mengalami peningkatan. Pengembangan tersebut dilakukan nazir yang telah menerima amanah dari Kerajaan Arab Saudi.
"Aset dari wakaf ini berupa tanah, penginapan, unit usaha lain di Makkah. Dulu tanah tersebut tempat penginapan sederhana, tapi sekarang sudah menjadi hotel dan keuntungannya bisa dibagikan ke jemaah haji Aceh setiap tahun," jelasnya.
Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi atau dikenal sebagai sosok Habib Bugak Asyi berasal dari Mekkah, kemudian datang ke Aceh pada tahun 1760 saat masa pemerintahan Sultan Alauddin Mahmud Syah I. Ia menetap di Aceh dan menjadi orang kepercayaan sultan Aceh pada masa itu.
Bugak adalah julukan khusus yang disematkan kepada para tokoh agama di Aceh. Selain itu, sebutan Bugak diabadikan menjadi nama jalan di Kabupaten Birueun, Aceh.
Saat tinggal di Aceh, Habib Bugak Asyi menjadi inisiator penggalangan dana dari masyarakat Aceh. Setelah dana terkumpul dengan sistem transparan, Habib Bugak Asyi kembali ke tanah kelahirannya di Mekkah pada 1809 untuk membeli tanah di sekitar Masjidil Haram. Pembelian tanah wakaf menggunakan dana umat dan tambahan dari kantorng pribadinya.
Setelah beli tanah, ia membangun rumah singgah untuk masyarakat Aceh yang menunaikan haji. Tanah wakaf dan rumah diberi nama Baitul Asyi yang artinya Rumah Aceh.