Klitih, Rantai Kekerasan Jalanan yang Makin Meresahkan Warga Yogya
Rantai kekerasan jalanan atau klitih di Yogyakarta seolah tak pernah terputus. Anggota DPR RI Dapil DIY, Sukamta menilai, klitih merupakan fenomena yang berulang dan makin meresahkan.
Rantai kekerasan jalanan atau klitih di Yogyakarta seolah tak pernah terputus. Anggota DPR RI Dapil DIY, Sukamta menilai, klitih merupakan fenomena yang berulang dan makin meresahkan.
Sukamta berharap pemerintah DIY bersama polisi bisa menemukan formula baru untuk mengatasi klitih. Sebab, kekerasan jalanan membuat resah warga Yogyakarta.
-
Kapan Balai Yasa Yogyakarta mulai mengelola lokomotif diesel hidrolik? Sementara itu untuk perawatan lokomotif Diesel Hidrolik (DH), lokomotif yang telah berdinas selama 12.000 jam akan masuk Balai Yasa Yogyakarta untuk melakukan SPA.
-
Apa moto dari Kepolisian Republik Indonesia? Polri mempunyai moto Rastra Sewakottama yang artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa. Motto tersebut diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu Rastra (bangsa/rakyat) dan Sevakottama (pelayan terbaik). Jadi, Rastra Sewakottama dapat dimaknai "pelayan terbaik bangsa/rakyat"
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Dimana anggota polisi dan korban begal bertemu untuk menyerahkan motor? Penyerahan dilakukan langsung oleh Kapolrestabes Bandung Kombes Budi Sartono di Mapolrestabes Bandung.
-
Bagaimana perawatan lokomotif Diesel Elektrik dilakukan di Balai Yasa Yogyakarta? Pemeliharaan lokomotif di sana dilakukan secara berkala. Untuk lokomotif Diesel Elektrik (DE), perawatan SPA akan dilakukan apabila lokomotif telah menempuh jarak 325.000 km atau dua tahun. Sementara apablika lokomotif DE telah menempuh jarak 650.000 km atau 4 tahun, maka akan menjalani perawatan PA
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
Fenomena klitih pernah ramai sekitar tiga atau empat tahun lalu. Para pelaku diketahui berstatus pelajar SMP.
"Pelaku yang melakukan 3 atau 4 tahun lalu sekarang sudah gede (dewasa). Sekarang muncul generasi baru sama dengan usia mereka dulu, anak-anak SMP. Saya kira perlu disikapi atau upaya yang sistematis," ujar Sukamta.
Permasalah klitih tiga atau empat tahun yang lalu mampu diselesaikan dengan baik oleh pihak kepolisian. Sukamta berharap agar Kapolda DIY, Irjen Pol Asep Suhendar yang baru saja dilantik mampu mengemban amanah menjaga kondusifitas wilayah DIY dengan baik.
“Kami berharap kepada Kapolda yang baru punya semangat yang baru dengan menggunakan metode baru supaya klitih ini tidak terulang. Pelaku yang dulu sekarang sudah beranjak dewasa, dan muncul lagi di usia yang sama seperti pelaku sebelumnya,” ungkap Sukamta.
Menurutnya, tak ada salahnya polisi menggandeng Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga maupun universitas. Perlu kerja sama lintas kelembagaan untuk memberantas klitih.
"Karang taruna, pramuka, sekolah bisa menjadi alat yang bagus untuk menumbuhkan kesadaran. Supaya tidak ada yang tergoda menjadi klitih," tegas Sukamta.
Baca juga:
Sultan HB X Sebut Pelaku Klitih Rata-rata Berasal dari Keluarga Menengah ke Atas
Berdalih Basmi Klitih, Pemuda Mabuk di Yogyakarta Aniaya Seorang Pria
Atasi Masalah Klitih, Sultan HB X Siapkan Pergub Khusus
Bertemu Gubernur DIY, Ketua DPR Puan Maharani Bahas Fenomena 'Klitih'
Sultan HB X Akan Bentuk Pokja Cegah Aksi Klitih
DPRD Sebut Aksi Klitih Bikin Orang Takut Pergi ke Yogyakarta