Komentari Survei Litbang Kompas, Priyo Budi Sebut Rakyat Sedang Menghukum Incumbent
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, Priyo Budi Santoso menyebut bahwa pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin tengah dihukum rakyat.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, Priyo Budi Santoso menyebut bahwa pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin tengah dihukum rakyat.
Penegasan politikus eks Partai Golkar ini merujuk pada hasil survei Litbang Kompas yang dirilis Selasa (19/3) kemarin. Dalam survei tersebut menunjukkan selisih angka elektabilitas kedua Paslon hanya terpaut tipis, yaitu 11,8 persen.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
-
Kapan survei Litbang Kompas tentang citra Polri dilakukan? Mahasiswa Apresiasi Polri atas hasil survei Litbang Kompas baru-baru ini.
-
Kapan FAPTI menerima hasil surveinya? “Hasil survei ini kami terima di awal Desember,” ujar Eko Nugroho, Sekretaris Jenderal FAPTI di Jakarta, Rabu (27/12).
-
Kapan survei SMRC untuk Pilgub Sulteng 2024 dilakukan? Jika Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi Tengah diadakan ketika survei dilakukan (6-18 Mei 2024) dan yang maju ada tiga pasangan, yakni Ahmad M Ali - Abdul Karim Aljufri vs Anwar Hafid - Reny A Lamadjido vs Rusdy Mastura - Mohamad Irwan Lapatta.
-
Kapan Survei Poltracking Indonesia tentang elektabilitas pasangan capres-cawapres dilakukan? Survei ini diselenggarakan Poltracking Indonesia mulai tanggal 29 Oktober hingga 5 November 2023.
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di kisaran 49,2 persen, sedang Prabowo-Sandi mencapai 37,4 persen. "Incumbent harus hati-hati. Ini rakyat sedang menghukum incumbent," kata Priyo saat menghadiri deklarasi Laskar Berkarya di Surabaya, Rabu (20/3).
Kenapa dihukum? Kata politikus Partai Berkarya ini, sebab hasil survei yang dirilis Litbang Kompas menunjukkan penurunan elektabilitas pasangan urut 01 tersebut. "Elekbilitasnya tidak sampai 50 persen," cibir Priyo.
Menurut Priyo, ada beberapa keuntungan yang didapat jagonya saat Pilpres 17 April 2019 nanti digelar. Pertama, calon pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters), akhirnya memilih Prabowo-Sandi.
Keuntungan lain, masih kata Priyo, "3,1 persen berubah pilihan ke Prabowo-Sandi, dan 1 persennya lagi, pemilih yang belum memutuskan, akhirnya menambah ke Prabowo-Sandi. Jadi keuntungannya bertambah 4 persen dari survei yang betul-betul kami tidak tahu itu," klaimnya yakin.
Di Jatim Prabowo Masih Tertinggal
Sementara di Jawa Timur, diakui Priyo, memang tertinggal sedikit, "Tetapi elekbilitas Jokowi-Ma'ruf berkurang. Sekarang trend Prabowo naik."
"Kami meyakini nanti ada perubahan yang signifikan. Sebab, survei internal kami sudah melampaui Paslon Jokowi-Ma'ruf. Tapi kami tidak mau mengutarakan sekarang, biar di pusat nanti," dalihnya.
Seperti diketahui, diksi Jokowi tengah dihukum rakyat juga pernah dilontarkan Founder dan CEO Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah saat menggelar rilis hasil lembaga surveinya di Surabaya pada 5 Febuari 2019 lalu.
Hasil survei PolMark Indonesia periode Oktober 2018 hingga Febuari 2019 di 73 Dapil se-Indonesia menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 40,4 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 25,8 persen, dengan undecided voters mencapai 33,8 persen.
"Jika ada petahana memiliki elektabilitas yang masih jauh di bawah angka 50 persen pada saat pertarungan tengah berlangsung, maka, artinya para pemilih atau warga sedang menghukum yang bersangkutan (petahana)," nilai Eep waktu itu.
Hukuman paling ringan, menurut Eep, adalah masih cukup besarnya angka undecided voters. "Hukuman yang lebih berat adalah kalau tidak dilakukan sesuatu oleh yang bersangkutan, maka pada saatnya (coblosan), hukuman berlanjut dengan tidak memilih yang bersangkutan," warning-nya.
Hasil sama juga ditunjukkan survei terbaru Litbang Kompas, yang menunjukkan adanya angka penurunan elektabilitas pada petahana dan kenaikan bagi sang penantang.
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 49,2 persen, Prabowo-Sandi 37,4 persen, dan 13,4 persen responden lainnya menyatakan rahasia. Selisih suara di antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen.
Padahal pada survei Litbang Kompas sebelumnya, yaitu periode Oktober 2018, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih berada di angka 50,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 17,9 persen jauh di bawah petahana, yaitu 32,7 persen, dengan undecided voters mencapai 14,7 persen.
Survei Litbang Kompas ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sekitar 2,2 persen.
Baca juga:
Erwin Aksa: JK Tahu Saya Menjaga Persahabatan dengan Sandiaga
Kampanye di Bengkulu, Ma'ruf Tegaskan Pilpres Tak Seperti Perang Badar
PAN Soal Survei Litbang Kompas: Lampu Kuning Buat Jokowi
Sandiaga Uno: Aksa Mahmud Bukakan Saya Pintu ke Tokoh-tokoh di Sulsel
Wacana Penghapusan UN Dikritik JK, Sandiaga Tegaskan Pendidikan Belum Merata