Komisi IX: Favipiravir Obat Keras, Harus Dikonsumsi yang Benar-Benar Membutuhkan
Namun, Rahmad mengamini bahwa peringatan Epidemiolog itu bagus. Favipiravir memang obat keras yang perlu resep dokter. Masyarakat sebaiknya tidak sembarangan meminum obat ini.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Favipiravir dapat dikonsumsi masyarakat sebagai obat antivirus Covid-19. Obat ini menggantikan peran Oseltamivir. Namun, Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono khawatir obat keras ini dijual bebas tanpa resep dokter.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, keputusan pemerintah itu sudah melalui pertimbangan. Termasuk masukan dan kajian asosiasi kedokteran. Ia mendukung keputusan Menkes itu.
-
Siapa yang menjabat di Komisi IX DPR RI? Kris Dayanti, saat menjadi anggota DPR RI, menjabat di Komisi IX yang mengurusi kesehatan, tenaga kerja, dan kependudukan.
-
Siapa yang memimpin Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI ke Medan? Selain bersilaturahmi, kunjungan kerja (kunker) Komisi II DPR RI yang diketuai Junimart Girsang ini dalam rangka mendengar dan mengetahui kesiapan Pemilu 2024 di Kota Medan.
-
Kenapa Komisi II DPR RI berkunjung ke Medan? Selain bersilaturahmi, kunjungan kerja (kunker) Komisi II DPR RI yang diketuai Junimart Girsang ini dalam rangka mendengar dan mengetahui kesiapan Pemilu 2024 di Kota Medan.
-
Apa yang disampaikan Retno Marsudi kepada Komisi I DPR RI? "Kita masih akan berjumpa lagi Insyallah pada satu kali lagi yang saya dengar, tapi pertemuan hari ini merupakan salah satu pertemuan terakhir kita. Untuk itu, betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan terima kasih banyak," kata Retno.
-
Kapan Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI bersama BPS berlangsung? “Karena hal ini merupakan kebutuhan yang mendukung kinerja BPS untuk menjalankan tugas dalam menyediakan basis data kependudukan, hingga menjalankan program-program strategis, seperti Registrasi Sosial Ekonomi, hingga Sensus pertanian,” urai Puteri dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI bersama BPS pada Selasa (5/9).
-
Apa yang disuarakan oleh Anggota BKSAP DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin di Forum Kerja Sama di Wilayah Asia-Pasifik di Bidang Kesehatan Universal? “Tidak mungkin kita bicara soal krisis kesehatan tanpa melihat situasi yang terjadi di Palestina. Kita tahu bahwa serangan militer telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk perempuan, anak-anak, lansia, dan difabel. Bahkan, serangan ini juga menargetkan 4 (empat) rumah sakit besar di Gaza, tak terkecuali rumah sakit Indonesia. Hal ini kemudian memicu lebih dari 50.000 pasien yang tak bisa tertangani secara maksimal, ” tegas Puteri dalam Forum Kerja Sama di Wilayah Asia-Pasifik di Bidang Kesehatan Universal, Jumat (25/11).
"Ingatlah teman-teman Epidemiolog bahwa itu pemerintah sudah melalui berbagai pertimbangan dari para dokter, asosiasi dokter, dari pegiat kesehatan, dari yang teknis mengerti terhadap kesehatan," ujar Rahmad kepada wartawan, Selasa (27/7).
Namun, Rahmad mengamini bahwa peringatan Epidemiolog itu bagus. Favipiravir memang obat keras yang perlu resep dokter. Masyarakat sebaiknya tidak sembarangan meminum obat ini.
"Memang obat ini kan harus melalui prosedural resep dokter, tanpa dokter ya enggak boleh minum sembarangan dong. Jadi ini harus benar-benar dikonsumsi oleh orang yang benar-benar membutuhkan," ujar politikus PDIP ini.
Selain itu, Rahmad bilang, obat ini sudah bisa diproduksi di tanah air. Sehingga ketergantungan obat-obatan dari luar negeri bisa dikurangi.
"Jadi ketergantungan kita kepada asing sudah sedemikian kita kurangi, beli obat jadi. Sedangkan bahan-bahannya mungkin dari asing boleh lah. Tapi kan kita bisa memproduksi dengan skala yang kita tentukan. Beda dengan kita beli obat jadi, ketika negara lain menutup, kita kesulitan. Itu yang harus dipikirkan dari teman-teman Epidemiolog," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan Favipiravir akan menggantikan peran Oseltamivir sebagai obat anti virus. Epidemiolog Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, dr Pandu Riono menegaskan Favipiravir tidak boleh dijual tanpa resep dokter. Dia khawatir obat itu dijual bebas di apotek.
"Kalau pakai resep dokter (tidak masalah), yang berbahaya kalau orang bisa beli bebas. Karena itu bukan obat bebas, itu obat keras," katanya saat dihubungi, Senin (26/7).
"Setiap obat keras, antibiotik dan macam macam itu tidak bisa dibeli tanpa resep dokter," ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Favipiravir dapat dikonsumsi masyarakat sebagai obat antivirus. Dia menjelaskan Favipiravir akan menggantikan peran obat Oseltamivir sebagai antivirus.
"Favipiravir ini akan mengganti oseltamivir sebagai obat antivirus. Kalau azitromisin tadi antibiotik, favipiravir ini masuk kategori anti virus," kata Budi saat konferensi pers di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (26/7).
Dia menjelaskan obat tersebut pun sudah dikaji oleh para dokter di Indonesia. Mereka kata dia menganjurkan agar antivirus digunakan Favipiravir.
"Oleh dokter-dokter ahli 5 profesi di Indonesia sudah mengkaji dampaknya terhadap mutasi virus delta ini, mereka menganjurkan agar antivirusnya digunakan favipiravir," ungkapnya.
Baca juga:
Gubernur Sumut ke Kepala Daerah: Saya Mau Data Stok Obat & Vitamin dalam 3 Hari
Amal Rp2 Triliun, Ini Kedermawanan Keluarga Pengusaha Aceh yang Jarang Tersorot
Epidemiolog Tegaskan Favipiravir Obat Keras, Khawatir Dijual Bebas Tanpa Resep
Penimbun Obat dan Alat Medis di Taman Sari Nekat Ubah Pemadam Api Jadi Tabung Oksigen
Menkes Budi Sebut Obat Remdesivir, Actemra, Gammaraas akan Tiba Juli dan Agustus