Waspadai Konsumsi Antibiotik Sembarangan, Ketahui Dampak Mengerikan dari Meminumnya secara Sembarangan
Fakta Mengejutkan tentang Antibiotik, Salah Minum Bisa Memicu Superbug! Dampak Mengerikan Mengintai Kesehatan
Antibiotik sering dianggap sebagai 'penyelamat' saat tubuh terinfeksi bakteri. Namun, apakah kamu sadar bahwa penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius? Salah satu konsekuensi paling menakutkan dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah munculnya bakteri yang resisten atau kebal terhadap pengobatan. Jika hal ini terjadi, proses penyembuhan akan menjadi jauh lebih sulit dan infeksi bisa menjadi semakin berbahaya.
Apa yang Dimaksud dengan Resistensi Antibiotik?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dalam tubuh tidak dapat lagi diobati dengan antibiotik yang biasanya efektif. Menurut dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), salah satu penyebab kondisi ini adalah penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan petunjuk. Contohnya, mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter, menggunakan dosis yang salah, atau tidak menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditentukan.
-
Kenapa konsumsi antibiotik yang tidak bijak berbahaya? Penggunaan antibiotik yang tidak bijak menjadi penyebab utama munculnya bakteri kebal yang sulit diatasi, sehingga memperburuk kondisi kesehatan pasien.
-
Bagaimana probiotik berlebih bisa menyebabkan infeksi? Dalam beberapa kasus, bakteri probiotik yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan. Ini lebih berisiko bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti pasien dengan penyakit autoimun atau mereka yang menjalani terapi imunosupresif. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri perut, muntah, dan diare, yang memerlukan perhatian medis segera.
-
Bagaimana penyalahgunaan obat bisa membahayakan? Penyalahgunaan obat dapat berdampak serius pada kesehatan dan kehidupan seseorang.
-
Kapan antibiotik merusak bakteri usus? Antibiotik, meskipun bukan makanan, antibiotik dapat membunuh bakteri baik dan buruk dalam usus, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan mikroba dan masalah pencernaan.
-
Kenapa antibiotik merugikan bakteri baik di usus? Antibiotik bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab penyakit, tetapi tak jarang bakteri baik di dalam usus juga ikut terkikis. Dilansir dari CNA, Dr. Tien Dong, seorang gastroenterolog di UCLA Health, mengibaratkan efek antibiotik pada mikroba usus seperti kebakaran hutan yang menghancurkan ekosistem di dalamnya.
-
Makanan apa yang berbahaya untuk kesehatan? Konsumsi makanan olahan berlebih di era sekarang seperti sudah menjadi hal yang umum dilakukan.Makanan olahan juga sering dijadikan pengganti lauk pauk untuk makan sehari-hari.Padahal, makanan olahan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu berbagai macam penyakit. Termasuk penyakit kronis yang membahayakan nyawa.
"Sebagai contoh, ada individu yang hanya minum antibiotik sekali sehari, padahal seharusnya tiga kali sehari. Akibatnya, bakteri menjadi resisten dan kebal," ujar Syahril seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku pada Senin, 7 Oktober 2024.
Ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, tubuh tidak dapat lagi melawan infeksi dengan cara yang sama. Ini menyebabkan bakteri berkembang biak, menyebar, dan berpotensi menjadi lebih berbahaya. Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah tuberkulosis resisten obat, yang dikenal sebagai Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB).
Apakah Tuberkulosis Resisten Obat Dapat Diatasi?
MDR-TB muncul ketika bakteri penyebab tuberkulosis menjadi kebal terhadap obat-obatan yang umumnya digunakan. Namun, apakah jenis TB yang resistan terhadap obat ini masih dapat diobati? MDR-TB terjadi ketika bakteri tuberkulosis tidak dapat dihentikan oleh obat lini pertama seperti rifampisin, isoniazid (INH), etambutol, dan pirazinamid.
Proses pengobatan TB biasanya berlangsung selama enam bulan dengan dua fase. Pada dua bulan pertama, pasien diwajibkan untuk mengonsumsi keempat jenis obat tersebut setiap hari. Setelah itu, selama empat bulan berikutnya, pengobatan dilanjutkan dengan hanya dua jenis obat. Resistensi dapat terjadi jika pasien tidak mengikuti jadwal pengobatan dengan disiplin. Jika obat hanya diminum selama sebulan, atau bahkan hanya dua minggu, Syahril menjelaskan bahwa bakteri TB akan menjadi kebal, sehingga pengobatannya menjadi jauh lebih rumit.
Meskipun terdengar mengkhawatirkan, kabar baiknya adalah TB yang resistan terhadap obat masih memiliki kemungkinan untuk diobati. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), MDR-TB dapat disembuhkan dengan menggunakan obat lini kedua. Namun, pengobatan ini lebih rumit karena melibatkan berbagai obat yang lebih mahal dan sering kali memiliki efek samping yang lebih serius dibandingkan dengan pengobatan lini pertama.
Langkah Mencegah Terjadinya Resistensi Antibiotik
Salah satu cara yang paling penting untuk mencegah resistensi antibiotik adalah dengan selalu mengikuti resep dan anjuran dokter saat menggunakan antibiotik. Menurut Syahril, pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan hanya jika ada indikasi medis yang jelas, khususnya untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Penting untuk tidak menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk atau pilek, karena ini merupakan kesalahan umum. Antibiotik tidak efektif melawan virus. Untuk gejala penyakit yang ringan, sebaiknya coba pengobatan tradisional terlebih dahulu, seperti kompres, banyak minum air, dan mengonsumsi makanan bergizi. Jika gejala tidak membaik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.