Komodo di KBS mati diduga karena gangguan pencernaan
Dugaan itu terlihat dari adanya warna kemerahan tidak wajar pada usus.
Dari hasil autopsi yang dilakukan tim dokter hewan dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur dan polisi terhadap bangkai Komodo, reptil raksasa itu tewas karena gangguan pencernaan. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Operasional KBS, dr Liang Kaspe.
Dokter hewan ini mengatakan, dari hasil autopsi sementara terhadap bangkai Komodo berusia 7 tahun itu, diduga karena ada gangguan pada pencernaannya. "Jadi, dari hasil autopsi sementara, Komodo itu mati karena ada gangguan pencernaan," ujar Liang Kaspe, Minggu (2/2).
Dugaan itu terlihat dari adanya warna kemerahan tidak wajar pada usus kadal raksasa tersebut. Selain itu, dari hasil autopsi itu, kondisi usus besar Komodo anakan itu diketahui keluar dari anusnya.
"Pemeriksaan juga terus kita lakukan, untuk mengetahui kenapa sampai terjadi gangguan pencernaan. Sebab, beberapa hari terakhir, Komodo itu masih dalam keadaan normal saat makan," katanya lagi.
Liang Kaspe juga mengatakan, pihaknya sendiri masih akan terus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membawa organ Komodo itu ke Laboratorium Kampus Unair Surabaya untuk uji spatologi dan taksologi. "Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun yang tertelan oleh hewan itu," tandasnya.
Komodo di KBS ditemukan tewas pada Sabtu (1/2) kemarin. Hewan bernama latin Veranus Komodoensis itu diketahui tewas di kandang 5 KBS saat akan diberi makan oleh keepernya, bernama Suraji.
Sekitar pukul 10.30 WIB, kondisi Komodo anakan itu terlihat lemas dan tak mau makan. Kemudian oleh Suraji didekati dan dipegang ekornya, namun tetap tak bergerak. Selanjutnya, hewan yang menetas pada tahun 2006 itupun tewas dengan lidah terjulur.