Kriminolog: Kebanyakan pelaku kriminal adalah orang dekat
Untuk itu diimbau agar lebih meningkatkan kewaspadaan walau pun terhadap orang yang dikenal dekat sekali pun.
Satu dari lima pelaku penculik Safira Permatasari, mahasiswi jurusan Teknik Arsitektur Interior Fakultas Tehnik Universitas Indonesia (FTUI) dikenali oleh Fairus, ayah korban. Pada banyak kasus kriminal, biasanya pelakunya memang orang yang dikenal.
"Kebanyakan pelaku kriminal adalah orang dekat atau orang yang dikenal," kata Kriminolog UI Yogo Tri Hendiarto, Rabu (21/10).
Untuk itu dia mengimbau agar lebih meningkatkan kewaspadaan walau pun terhadap orang yang dikenal dekat sekali pun. Karena tak menutup kemungkinan orang dekat bisa melakukan kejahatan yang mengancam nyawa keluarga.
"Jangan memicu terjadinya konflik serta harus memunculkan sikap waspada. Melakukan proses interaksi yang baik dengan orang lain," ungkapnya.
Dirinya belum bisa memastikan apakah kasus yang menimpa Safira disebabkan dendam atau kriminal murni. Namun jika dilihat dari kasusnya sendiri diduga kasus ini kriminal murni.
Seperti ramai diberitakan, penculikan ini sudah direncanakan dua bulan sebelumnya. Kemudian pelaku meminta uang tebusan satu juta dolar Amerika dan mengikuti korbannya ketika berangkat ke kampus.
"Mereka sudah memikirkan antara resiko dan hasil yang akan didapat. Jadi tidak serta merta dilakukan secara acak. Tapi bisa didalami lagi apa motifnya sampai menculik. Apa karena dia anak orang kaya atau ada faktor lain," ucapnya.
Di balik kasus penculikan, kata Yogo, bisa disebabkan beragam alasan. Mulai dari uang dan faktor lain semisal dendam dan sakit hati. Namun jika penculiknya meminta tebusan dan mengembalikan korban, maka penculikan itu diduga didasari uang. Sedangkan jika penculiknya menyakiti korban, diduga ada faktor lain di balik penculikan tersebut.
"Pendorong utama pelaku bisa jadi karena uang," katanya.