Kronologi Tsunami Banten Menurut BMKG
BMKG pun tidak melakukan monitoring aktivitas gunung Krakatau dan gunung api lainnya, monitoring ini dilakukan oleh pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono mengungkap secara detail proses terjadinya tsunami Selat Sunda yang melanda pesisir pantai Banten dan Lampung pada Sabtu malam (22/12).
Menurut Rahmat, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mendeteksi adanya aktivitas erupsi gunung anak krakatau Lampung, dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 M di atas puncak dan 738 M di atas permukaan laut, kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara, dan pada saat itu gunung anak krakatau berada pada status level II (waspada), pada Jumat (21/12).
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan EWS Tsunami? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Apa yang membuat Bantul kekurangan EWS Tsunami? “Karena EWS itu diadakan sudah setahun lalu. Seiring perkembangan zaman ada pertumbuhan komunitas penduduk di pinggir pantai sehingga setelah kita analisis kebutuhan EWS masih kurang,” kata Agus dikutip dari ANTARA pada Kamis (2/11).
-
Siapa yang bertanggung jawab atas pengadaan EWS Tsunami di Bantul? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
"Sebelumnya, kami telah memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku tanggal 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda dengan ketinggian 1,5 – 2,5 meter," ujar Rahmat, Minggu (30/12).
Kemudian pada Sabtu (22/12) pukul 20.56 WIB terjadi erupsi gunung anak krakatau yang memicu longsor lereng Gunung Anak Krakatau seluas 64 Ha. Dan pada pukul 21.03 WIB tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ) dan beberapa sensor di wilayah Banten serta Lampung. Namun sistem gempa BMKG tidak memproses secara otomatis karena signal getaran yang tercatat bukan merupakan signal gempabumi tektonik.
"Sistem Peringatan dini tsunami yang dimiliki oleh BMKG saat ini hanya untuk tsunami yang disebabkan gempa bumi tektonik, sedangkan tsunami yang melanda Selat Sunda adalah akibat aktivitas vulkanik sehingga saat ada aktivitas vulkanik di Gunung Anak Krakatau,sistem peringatan dini tsunami tidak mampu memproses secara otomatis adanya aktivitas vulkanik sehingga tidak memberikan warning tsunami," jelas Rahmat.
BMKG pun tidak melakukan monitoring aktivitas gunung Krakatau dan gunung api lainnya, monitoring ini dilakukan oleh pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM.
Lalu pada pukul 21.30 WIB, Sabtu itu, petugas Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG mendapat laporan kepanikan masyarakat di wilayah Banten dan Lampung karena air laut pasang yang tidak normal. BMKG langsung melakukan checking marigram Tide Gauge Badan Informasi Geospasial (BIG).
Dari hasil checking tersebut, terindikasi tercatat perubahan permukaan air laut di beberapa wilayah seperti di Pantai Jambu, Bulakan, Kec Cinangka, Kab Serang: tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian air mencapai 0.9 m, di pelabuhan Ciwandan, Kec Ciwandan Banten: tercatat pukul 21.33 WIB dengan ketinggian 0.35 m, di Kota Agung Kec, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB dengan ketinggian 0.36 m, dan di Pelabuhan panjang Kec Kota Bandar Lampung: tercatat pukul 21.53 WIB dengan ketinggian 0.28 m.
Melihat dari hasil catatan marigran, tide gauge BIG tersebut diyakini bahwa ini merupakan gelombang tsunami, selanjutnya pada pukul 22.30 WIB, BMKG segera mengeluarkan press release telah terjadi tsunami melanda Banten dan Lampung tidak dipicu oleh Gempa bumi tektonik.
Setelah itu, pada Sabtu (22/12) BMKG menyampaikan telah terjadi tsunami yang melanda Banten dan Lampung dan bukan disebabkan oleh gembapumi tektonik, dan pada Minggu (23/12) Pukul 14.40 WIB, BMKG memastikan bahwa pusat getaran ada di gunung anak krakatau, 115,46 BT- 6.10 LS, kedalaman 1 km, Getaran tersebut setara dengan kekuatan Magnitude 3,4.
Baca juga:
Pemprov Sumbar Salurkan 700 Kg Rendang Untuk Korban Tsunami Banten
Ini Ciri-Ciri Delapan Korban Tsunami Banten yang Belum Teridentifikasi
Resmi Ditahan, 3 Tersangka Pungli Korban Tsunami Anyer Terancam Penjara Seumur Hidup
Dirut RSUD Serang Mengaku Kecolongan Terkait Pungli Pemulangan Jenazah
Menengok Kondisi Pengungsi Korban Tsunami dari Pulau Sebesi di Lampung