Kurung Fredi Budiman di ruang isolasi, Sitinjak sering diteror
Fredi pernah berusaha membuat sekutu dengan narapidana kasus terorisme untuk menciptakan amuk di Lapas Batu.
Liberty Sitinjak mantan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Batu, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah mengakui mendapat ancaman saat mengisolasi gembong narkoba Fredi Budiman. Tidak hanya Sitinjak, Koordinator seluruh Lapas di Nusakambangan itu mengakui mendapat tekanan oleh Fredi yang kini sudah meninggal itu.
"Awal-awalnya dia melakukan perang urat saraf dengan saya, ya dia bilang 'Pak kalau bapak kencang-kencang gini apa sih untungnya. Bapak kencang-kencang gini apa, bapak kan sering keluar apa bapak enggak takut kalau di luar sana?" jelas Sitinjak saat menirukan perkataan Fredi kepada Merdeka.com dalam sambungan telepon, Rabu (10/8) kemarin.
Tetapi Sitinjak tidak gentar dengan ancaman Fredi. Sitinjak justru membalas dengan perlakuan yang halus.
"Ya saya seperti diintimidasi gitu lah sama dia, jadi saya jawab saja sederhana 'Fredi kamu hukuman mati saja belum tentu kamu mati, ya saya di luar belum tentu saya hidup. Kita hidup ini di samping kita hidup ya kita pasrah. Jadi saya tidak meladeni Fredi dengan emosional," cerita Sitinjak yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kementerian Hukum Nusa Tenggara Timur.
Tidak hanya mengancam Sitinjak, Fredi juga mengusik keberaniannya. Kata Sitinjak, Fredi berusaha membuat sekutu dengan narapidana kasus terorisme untuk menciptakan amuk di Lapas Batu. Untung saja Sitinjak mampu mendeteksi dini perlawanan Fredi.
Dia menceritakan pernah mendapatkan pesan singkat dari seorang napi memakai tulisan Arab. Intinya pesan singkat tersebut kata dia, ingin melawan dan membakar Lapas.
"Saya sadar sebagai kepala lapas yang di dalamnya ada Fredi pasti akan mendapatkan tekanan. Makanya saya pasang siasat supaya saya selamat," cerita Sitinjak sambil tertawa kecil.
Cara tersebut, kata Sitinjak yaitu meminta ditemani tiga orang pengawal ketika keluar dari Pulau Nusakambangan untuk menghindari jika ada orang membuntutinya. Tak hanya itu, Sitinjak juga memakai wig berbeda bila sedang berada di luar Pulau Nusakambangan untuk pulang ke rumah tinggalnya.
"Tujuannya supaya saya tidak dikenali oleh orang yang mengincar atau akan membunuh saya," cerita Sitinjak
Bukan hanya ancaman dan tekanan yang diterima Sitinjak, pengacara Fredi dan sejumlah pihak pun terus membujuk Sitinjak agar melepaskan kliennya. Sintijak juga selalu dituduh melanggar Hak Azasi Manusia (HAM) lantaran mengurung Fredi.
"Bisa dicek ke Veteran 11 (kantor Dirtjen PAS, Jakarta) berapa kali dia mengadukan saya karena saya dibilang melanggar HAM," kata Sitinjak.
Tetapi lagi-lagi, Sitinjak sabar dan tidak pernah mau membalas semua laporan yang dituduhkan. "Saya bilang sederhana saja, saya bilang itu sudah keputusan tim pengamat pemasyarakatan yang tidak bisa diganggu," ungkap Sitinjak.
"Saya dengar juga itu dari beberapa pejabat di Jakarta itu di Dirjen kami ada pengaduan-pengaduan masuk tentang perlakuan saya kepada dia. Karena tidak kunjung saya keluarkan dari ruangan isolasi," tambah Sitinjak.
Hasil dari kesabaran Sintinjak menghadapi Fredi ternyata berbuah manis. Fredi menjadi sosok yang tidak lagi menekan dan mengancam Sitinjak, tetapi menjadi narapidana yang rajin beribadah dan menjadi akrab dengan Sitinjak.
"Ya setelah itu, dia jadi enggak ngancem lagi dan jadi bersahabat sama saya," tutup Sitinjak.